Cabai Pelangi
CABAI PELANGI
Inovator:
Prof. Dr. Muhammad Syukur, M.Si
Kegunaan:
Cabai ini bisa dikonsumsi dengan kelebihan memiliki tingkat kepedasan lebih tinggi dibanding cabai sejenis dari varietas lain dan bisa juga menjadi hiasan di rumah dan perkantoran.
Keunggulan:
- Mudah ditanam
- Tidak memerlukan sinar matahari langsung
- Bisa ditanam pada suhu ruangan berbeda (aman dipindah-pindahkan ke tempat yang berbeda suhunya)
- Bisa dipanen tiga hingga enam bulan
- Memiliki tingkat kepedasan antara 1000-1600 ppm
- Sudah dipasarkan di seluruh Indonesia
Deskripsi:
Cabai pelangi adalah cabai yang dalam satu pohon memiliki warna berbeda sehingga tampak cantik warna-warni. Cabai ini sangat cocok untuk menjadi tanaman hias. Selain menjadi tanaman hias, cabai pelangi juga bisa dikonsumsi, bahkan cabai ini memiliki tingkat kepedasan di atas cabai sejenis pada umumnya.
Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB sejak tahun 2003 telah menghasilkan banyak varietas cabai. Hingga kini telah dilepas dan didaftarkan di Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebanyak 23 varietas cabai besar, cabai semikeriting, cabai keriting dan cabai hias serta tomat.
Khusus untuk cabai hias, ada tujuh varietas yaitu cabai Syakira, cabai Lembayung, cabai Jelita, cabai Namira, cabai Ayesa, cabai Ungara dan cabai Seroja. Masing-masing cabai memiliki ciri berbeda tapi satu spesies yakni Capsicum Annuum yang umum dikonsumsi di Indonesia.
Cabai Syakira memiliki ciri-ciri berupa buah awal berwarna kuning kemudian hijau dan terakhir berwarna merah. Cabai Jelita, pohonnya lebih rimbun dan pendek dan memiliki degradasi warna yang mirip dengan cabai Syakira.
Cabai Namira dapat dilihat dari buahnya yang menumpuk pada batang, berbeda dengan cabai lainnya. Cabai Ayesa memiliki buah yang cenderung bulat dan berwarna ungu. Sedangkan cabai Lembayung dan cabai Ungara memiliki ciri bentuk cabai sedikit membulat dan berwarna ungu pekat (mengandung antosianin). Cabai Seroja memiliki 8 warna buah berbeda dan tingkat kepedasaannya cukup tinggi.
Untuk varietas cabai hias ini memiliki tingkat kepedasan sekitar 1000 ppm. Jauh berbeda dengan cabai pada umumnya yang hanya 200 ppm. Yang paling pedas adalah cabai Ungara, bisa sampai 1600 ppm.
Untuk perawatannya sendiri, cabai ini tidak sesulit merawat tanaman cabai biasa. Tanaman ini mampu ditanam pada suhu ruangan dan tidak memerlukan sinar matahari langsung. Ini berbeda dengan cabai lain yang kebanyakan harus ditanam di ruangan terbuka.
Cabai pelangi lebih mudah ditanam. Kita bisa menggunakan media tanam yang ditambahkan abemix (disiramkan 2 kali dalam seminggu). Buahnya bisa dipanen antara tiga hingga enam bulan kemudian. Saat ini, benih cabai pelangi sudah dipasarkan di seluruh Indonesia.
Berkat inovasinya di bidang hortikultura, Prof. Dr. Muhammad Syukur meraih penghargaan Masyarakat Perbenihan dan Pembibitan Indonesia (MPPI) Award kategori Pemuliaan Tanaman pada tanggal 7 Mei 2017. Sebelumnya Prof Syukur juga telah meraih beberapa penghargaan, antara lain Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa (AKIL) dari Kemendikbud tahun 2012, Inovasi Indonesia Paling Prospektif tahun 2016 oleh Business Innovation Center, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI. Prof. Syukur juga dinobatkan sebagai Dosen Berprestasi Peringkat I Nasional Tahun 2014.