Gerak Cepat Departemen Proteksi Tanaman IPB University Respon Ulat Grayak Jagung

Gerak Cepat Departemen Proteksi Tanaman IPB University Respon Ulat Grayak Jagung

gerak-cepat-departemen-proteksi-tanaman-ipb-university-respon-ulat-grayak-jagung-news
Berita

Setelah ditemukan ulat grayak jagung (Spodoptera frugiperda) yang menyerang tanaman jagung akhir-akhir ini, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB University segera bergerak cepat merespon dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Ruang Sidang 1 Departemen Proteksi Tanaman, Kampus Dramaga, Bogor (15/7).

FGD ini sebagai respon cepat terhadap invasi hama Spodoptera frugiperda atau Ulat Grayak Jagung (UGJ) yang menyerang tanaman jagung di beberapa daerah di Indonesia. Berdasarkan laporan dari tim peneliti IPB University, hama ini sudah menyebar di beberapa provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, Dr Ir Aji Hermawan mengungkapkan respon cepat terhadap permasalahan di masyarakat ini penting dilakukan.

“Respon cepat seperti ini penting, karena permasalahan yang terjadi di masyarakat perlu dipecahkan segera. Persoalan-persoalan di masyarakat tidak bisa diselesaikan sendirian, tetapi perlu adanya kerjasama antara berbagai pihak,” ungkap Dr Aji Hermawan.

Ia juga mengaku, respon cepat seperti ini sudah kedua kalinya dilakukan oleh tim peneliti Departemen Proteksi Tanaman IPB University. Yang pertama adalah ketika adanya serangan hama wereng batang coklat yang menyerang tanaman padi beberapa tahun silam.

Dengan adanya respon cepat dari berbagai pihak, Dr Aji berharap permasahalan hama UGJ segera bisa diatasi. Hal ini mengingat Indonesia sebagai produsen jagung dan pemerintah pusat sedang giat menggalakkan program produksi jagung di berbagai daerah di Indonesia.

Dekan Faperta IPB University, Dr Ir Suwardi juga membenarkan bahwa upaya untuk merespon UGJ harus dilakukan sedini mungkin.

“UGJ adalah satu hama yang baru datang ke Indonesia dan cepat sekali menyebar dan merusak tanaman jagung. Tentu hal ini harus segera diantisipasi dan segera direspon supaya segera terbit rekomendasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi hama ini,” tutur Dr Suwardi.

Ia menambahkan, jagung termasuk komoditas penting bagi Indonesia. Dengan produksi jagung sebesar 5.2 ton per hektar dan luasan lahan tanaman jagung yang meningkat menjadi 5.7 juta hektar, pengendalian terhadap hama UGJ dapat segera dilakukan.

“Harapannya setelah FGD ini selesai, didapatkan hasil rumusan pengendalian yang dapat digunakan oleh masyarakat di pertanaman jagung. Mudah-mudahan juga bisa dideteksi keberadaan dan modus kedatangannya,” pungkas Dr Suwardi. (Rosyid/Zul)