Kuliah Umum di IPB University, Menaker: Mahasiswa Tidak Cukup Hanya Dibekali Ijazah

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) RI, Prof Yassierli, mengatakan bahwa generasi muda, khususnya mahasiswa perguruan tinggi, merupakan kunci utama dalam membangun daya saing bangsa.
“Lulusan perguruan tinggi tidak cukup hanya memiliki ijazah, tetapi harus dibekali keterampilan, etos kerja, dan jiwa adaptif yang tinggi”, ucapnya saat mengisi kuliah umum di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Kampus IPB Dramaga (14/4).
Untuk itu, tambahnya, Kementerian Ketenagakerjaan menggagas program yaitu Revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK). Revitalisasi BLK dilakukan melalui pendekatan Project-Based Learning (PBL). Artinya, peserta pelatihan tidak hanya menerima materi di kelas, tetapi juga magang langsung di industri.
Program ini difokuskan pada pengembangan foundational job skills, penguatan literasi teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, Artificial Intelligence (AI), serta penguasaan keterampilan masa depan yang berbasis kebutuhan sektor prioritas.
“BLK akan menjadi motor pelatihan skill masa depan, dengan lebih dari 300 unit BLK pemerintah yang siap difungsikan sebagai fasilitator utama,” ucapnya.
Inisiatif penting lainnya adalah penyusunan Employment Outlook, yaitu proyeksi kebutuhan tenaga kerja berdasarkan sektor dan skill yang dibutuhkan.
Prof Yassierli berharap outlook ini menjadi pedoman dalam penyusunan kurikulum pendidikan di SMK, politeknik, dan perguruan tinggi agar lebih relevan dengan perkembangan industri.
“Kurikulum harus adaptif dan responsif terhadap transformasi dunia kerja. Dengan Employment Outlook, kita bisa mengantisipasi jenis pekerjaan baru yang akan muncul,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Rektor IPB University bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Prof Deni Noviana mengatakan bahwa kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini bersifat kompleks dan dinamis. Hal ini dipengaruhi oleh faktor nasional maupun global yang terus berubah.
“Jumlah angkatan kerja saat ini sekitar 147 juta orang, dengan tingkat partisipasi sebesar 69 persen. Situasi ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi, dan kondisi global,” ucapnya.
Prof Deni menjelaskan bahwa reindustrialisasi masih menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu, kualitas tenaga kerja harus disiapkan agar mampu menjawab kebutuhan industri.
“Distribusi tenaga kerja terbesar masih berada di sektor pertanian secara luas, yaitu sekitar 28 persen. Namun, tantangan besar muncul dari rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang terbatas,” katanya.
Prof Deni menyampaikan bahwa IPB University berkomitmen mencetak lulusan yang tak hanya cerdas secara akademik, tapi juga adaptif dan berjiwa kepemimpinan.
“Kami perkuat kurikulum berbasis outcome, membangun teaching factory, memperluas program kewirausahaan dan pemagangan,” katanya. (dr)