Jawab Permasalahan 100 Ha Lahan Kering di Pamijahan, Padi IPB 9G Siap Diimplementasikan

Jawab Permasalahan 100 Ha Lahan Kering di Pamijahan, Padi IPB 9G Siap Diimplementasikan

Jawab Permasalahan 100 Ha Lahan Kering di Pamijahan, Padi IPB 9G Siap Diimplementasikan
Riset

Padi varietas IPB 9G mulai diimplementasikan di lahan kering di Desa Cibitung Wetan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Upaya ini dilakukan untuk menjawab permasalahan luasnya lahan kering dan kekurangan air yang mencapai 100 hektare (ha) di wilayah tersebut.

Penanaman padi IPB 9G dimulai secara bertahap. Penanaman perdana dilakukan seluas 0,75 ha yang direncanakan panen tiga bulan berikutnya. Satu bulan kemudian, penanaman diperluas menjadi 10 ha. Dalam satu tahun ke depan, target perluasan mencapai 100 ha.

Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan, langkah ini merupakan upaya nyata dari IPB University untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional sekaligus mendorong pertanian di Bogor melalui inovasi-inovasi yang dihasilkan.

“Harapannya, semakin banyak teknologi inovasi IPB yang dimanfaatkan masyarakat, maka ini bisa semakin membantu produktivitas petani dan kesejahteraan masyarakat. Kita harapkan ini bisa membawa semangat dan optimisme baru bagi masyarakat desa yang mempunyai problem dengan air,” ujarnya.

Saat ini, padi gogo IPB 9G sudah diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia seperti Sumatera, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. “IPB University siap berkolaborasi dengan dengan pemerintah pusat dan daerah dan padi gogo ini merupakan solusi yang sangat penting terkait masalah irigasi yang ada,” tandas Prof Arif.

Sebagai varietas amfibi, padi IPB 9G juga diaplikasikan di lahan basah (sawah) seluas 10 ha di Desa Cibitung Wetan dan desa sekitarnya. Dalam prosesnya, penggunaan padi IPB 9G tersebut juga dikombinasikan dengan teknologi pengelolaan kesehatan tanah dan tanaman.

Teknologi ini mencakup aplikasi bahan organik, optimasi pemupukan anorganik, minimalisasi penggunaan pestisida, dan bioimunisasi dengan mikroba Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), dan endofit.

Intensifikasi ini telah meningkatkan produktivitas dari 3,5 ton GKP/ha menjadi 5,0 ton GKP/ha (meningkat 42,8 persen). Kegiatan ini melibatkan 23 orang petani dan lima alumni baru Fakultas Pertanian IPB.

Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University, Prof Suryo Wiyono mengatakan bahwa varietas IPB 9G dan paket pengelolaan kesehatan tanah dan tanaman merupakan teknologi yang telah teruji di lapangan dan bisa diterapkan dalam skala nasional.

Sebagai informasi, selama ini upaya intensifikasi lebih terfokus kepada daerah sentra dibanding daerah subsentra. Padahal, daerah subsentra diperkirakan mencapai 60 persen luas pertanaman padi di Indonesia, salah satunya Bogor.

“Terlebih, produktivitas di lahan sentra ini sudah tinggi dan sulit ditingkatkan seperti di pantai utara Jawa Barat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas pada daerah subsentra lebih mudah dilakukan dengan energi yang lebih rendah (low energy),” ujarnya.

Kepala Desa Cibitung Wetan, Kamaludin mengatakan, “Kami sangat senang dan sangat terbantu oleh adanya kegiatan ini. Varietas IPB 9G ini menyelesaikan persoalan irigasi dan lahan kering di desa kami.”

Ia berujar, penanaman padi dengan memperhatikan pengelolaan kesehatan tanah dan tanaman ini terbukti meningkatkan hasil panen. “Diharapkan kegiatan ini dapat memajukan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani di desa kami,” ujarnya.