Benarkah Urutan Kelahiran Berpengaruh pada Sifat dan Karakter Anak? Ini Jawaban Pakar Genetika Ekologi IPB University

Benarkah Urutan Kelahiran Berpengaruh pada Sifat dan Karakter Anak? Ini Jawaban Pakar Genetika Ekologi IPB University

Benarkah Urutan Kelahiran Berpengaruh pada Sifat dan Karakter Anak Ini Jawaban Pakar Genetika Ekologi IPB University
Riset

Dalam perbincangan sehari-hari, kita sering mendengar cerita orang tua terkait kepribadian anak-anak mereka yang dihubungkan dengan urutan kelahiran.

Sebagai contoh, anak pertama lebih dikaitkan dengan sifat manja dan sering menguasai. Anak kedua dikatakan lebih bertanggung jawab dan menjadi penengah sedangkan anak bungsu lebih dikaitkan dengan suka mencari perhatian dan kurang bertanggung jawab.

Lantas apakah benar urutan kelahiran memengaruhi kepribadian bahkan tingkat kecerdasan anak?

Prof Ronny Rachman Noor, Pakar Genetika Ekologi IPB University menjelaskan, sampai saat ini berbagai hasil penelitian dengan menggunakan data yang masif menunjukkan bahwa urutan kelahiran tidak berpengaruh nyata terhadap kepribadian anak.

“Berbagai hasil penelitian ini menunjukan bahwa perbedaan kepribadian anak sulung, anak tengah, anak bungsu, ataupun anak tunggal lebih banyak dipengaruhi oleh peluang perangkat genetik (blue print) dari kedua orang tua,” ujarnya.

Kepribadian anak jika diurai lebih jauh dipengaruhi oleh faktor genetik sebesar 50 persen sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Teori Urutan Kelahiran Adler
Teori terkait urutan kelahiran berpengaruh pada sifat dan kepribadian anak memang sudah lama berkembang dan cukup banyak pengikutnya. Salah satu teori yang cukup terkenal yang sering banyak diacu terkait dengan hal ini adalah teori Adler yang berkembang di awal abad 20.

Alfred Adler merupakan seorang psikiater Austria yang mencoba menghubungkan dan menyimpulkan bahwa urutan kelahiran dapat mempengaruhi kepribadian anak. Pemikiran Andler ini tidak terlepas dari pemikiran Sigmund Freud pakar analis psikologi.

“Secara garis besar, teori Adler ini menyatakan bahwa anak sulung cenderung mengembangkan rasa tanggung jawab yang kuat, anak tengah cenderung menginginkan perhatian, dan anak bungsu cenderung memiliki rasa petualangan dan pemberontakan,” bebernya.

Sebenarnya, kata Prof Ronny, pola pemikiran Andler ini tidaklah sepenuhnya keliru jika dipandang dari perkembangan keilmuan mutakhir. Sebab, selain faktor genetik, sifat dan kepribadian anak juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk lingkungan keluarga tempat anak dibesarkan.

“Perkembangan anak sulung tentunya tidak terlepas dari porsi perhatian orang tua. Anak sulung biasanya lebih banyak mendapatkan perhatian dibandingkan dengan anak yang lahir berikutnya karena kedua orang tua baru pertama kali mendapatkan anak,” ucapnya.

Di samping itu, orang tua pada fase kelahiran anak pertama masih banyak belajar mengasuh anak sehingga lebih cenderung lebih berhati-hati. Oleh sebab itu, tidak jarang anak sulung ketika dihadapkan pada kenyataan menghadapi kehadiran adiknya di keluarga akan mengalami “sindrom anak sulung” yang dicirikan dengan rasa tersisihkan.

Dalam perkembangannya, anak sulung memiliki kepribadian sebagai pemimpin, memiliki prestasi yang menonjol, lebih bertanggung jawab, dan lebih dewasa.
Anak yang lahir kemudian atau yang dikenal dengan anak tengah, menurut teori ini cenderung menjadi pendamai keluarga karena mereka sering kali harus memediasi konflik antara saudara yang lebih tua dan yang lebih muda.

Anak tengah cenderung dibayangi oleh pengaruh saudara tertua sehingga tidak heran sering mencari perhatian di luar keluarga. Dengan situasi seperti ini, anak tengah sering dikaitkan dengan sifat kemandirian, suka bergaul, mudah beradaptasi, pencemburu, kompetitif, dan sering kali kurang percaya diri.

Salah satu karakter yang juga sering menonjol dari anak tengah adalah sifat pemberontak yang diduga muncul karena ingin menjauh dari pengaruh saudara kandungnya.

Adapun anak bungsu, sering kali diperlakukan sebagai bayi di dalam keluarga sehingga tidak heran cenderung dimanja oleh orang tua dan saudaranya. Oleh sebab itu, kepribadian anak bungsu kerap kali dihubungkan sifat ramah, suka hura-hura, berjiwa bebas, kurang dewasa, manipulatif, egois, memiliki ketergantungan yang tinggi dan lebih berani mengambil risiko.

“Jika diperhatikan lebih cermat lagi, kepribadian anak tunggal lebih mirip dengan anak sulung karena dimanja secara penuh oleh kedua orang tuanya. Mereka juga tidak pernah mengalami situasi berbagi kasih sayang dengan saudaranya. Dalam situasi seperti ini, anak tunggal menunjukkan sifat yang lebih dewasa, rajin, perfeksionis, penuh imajinasi, imajinatif, mandiri, dan cenderung sensitif,” urai Prof Ronny.

Perpaduan Pengaruh Genetik dan Lingkungan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Prof Ronny mengatakan bahwa fenomena yang ditemukan oleh Adler ini bukanlah ditentukan oleh urutan kelahiran. Menurutnya, hal tersebut lebih banyak ditentukan oleh lingkungan tempat anak tersebut dibesarkan.

“Perbedaan perhatian dan pola asuh orang tua pada anak yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak, bukan ditentukan oleh urutan kelahirannya,” jelas Prof Ronny.

Di samping itu, lanjutnya, perbedaan sifat dan kepribadian ini juga sangat dipengaruhi oleh komposisi gen yang diwariskan dari kedua orang tuanya. Dalam ilmu genetik, perbedaan blue print genetik ini sangat dipengaruhi oleh peluang pertemuan sel telur dan sperma yang mengandung variasi genetik berbeda.

Faktor genetik (G) nantinya akan bergabung dengan pengaruh lingkungan (L) seperti misalnya gaya pengasuhan, kondisi keharmonisan keluarga, kepribadian kedua orang tua, dan lainnya.

“Kepribadian anak yang sudah terbentuk di dalam keluarga dapat mengalami variasi sifat ketika berada pada lingkungan berbeda. Hal ini dikenal dengan pengaruh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan (GxL),” jelas Prof Ronny.

Secara keseluruhan, kepribadian anak yang dikenal sebagai fenotipe merupakan hasil gabungan pengaruh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antara genetik dan lingkungan yang digambarkan dengan persamaan P = G + L + GxL.

“Secara umum dapat dikatakan sifat dan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, status sosial keluarga, sumber daya keluarga, faktor kesehatan, gaya pengasuhan, dan variabel lingkungan lainnya,” tuturnya.

“Faktor keluarga lainnya, seperti jarak usia antara saudara kandung, jenis kelamin saudara kandung, umur orang tua dan jumlah anak dalam keluarga juga dapat memengaruhi karakter anak,” imbuh Prof Ronny.

Prof Ronny mengungkap, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kecerdasan anak tidak banyak dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Sama halnya dengan karakter, tingkat kecerdasan pun lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tempat anak dibesarkan.

Validitas Teori Adler
Banyaknya pengikut teori Adler yang menyatakan bahwa kepribadian anak dipengaruhi oleh urutan kelahiran lebih cenderung mengarah pada stereotipe yang lemah bukti ilmiahnya.

Menurut Prof Ronny, jika ditelisik lebih dalam lagi, pada kenyataannya urutan kelahiran merupakan interaksi kompleks dari berbagai faktor lingkungan dan bukanlah penentu mutlak kepribadian seorang anak. Pasalnya, ada faktor lain yang lebih menonjol yang menjadi penentu kepribadian anak, yaitu faktor genetik.

“Tidak dapat dimungkiri bahwa urutan kelahiran terkait dengan lingkungan yang diberikan seperti perhatian, fasilitas kasih sayang, cara mengasuh yang kesemuanya ini tergabung dalam faktor lingkungan yang kompleks dan akan bergabung dengan faktor genetik membentuk sifat dan kepribadian anak,” ujar prof. Ronny.

Sama halnya dengan teori Adler, teori Frank Sulloway yang menyatakan urutan kelahiran memengaruhi kepribadian melalui persaingan antarsaudara kandung dan kebutuhan untuk menegaskan diri sendiri–yang mengarah pada sifat-sifat yang berbeda pada anak sulung dan anak bungsu– juga dapat dijelaskan dengan hal yang sama.

“Sifat dan kepribadian lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik bukan oleh urutan kelahiran karena berdasarkan berbagai hasil penelitian faktor genetika telah dibuktikan memainkan peran penting dalam pengembangan sifat-sifat seperti ekstroversi, neurotisme serta keterbukaan,” tutup prof Ronny.