Agromaritime Sociopreneur Academy 2025 IPB University, Ada CEO School Hingga Sekolah Alpukat

Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB University mengadakan Studium Generale Agromaritime Sociopreneur Academy (ASA) 2025 di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) (26/4).
Program ASA 2025 meliputi CEO School, Young Agripreneur Camp, Sekolah Drone Mapping, Sekolah Remaja Berkualitas, Sekolah Komoditi Kopi, dan Sekolah Alpukat.
Dalam sambutannya, Rektor IPB University, Prof Arif Satria berkomitmen bahwa IPB University akan terus membekali mahasiswa dengan kompetensi yang relevan menghadapi tantangan ke depan.
“Acara ini sangat bermanfaat untuk membekali mahasiswa agar mereka dapat mendengar langsung pengalaman langsung dari para entrepreneur dan sociopreneur,” ucapnya.
Prof Arif Satria juga mengatakan bahwa konsep innopreneurship –perpaduan technopreneurship dan sociopreneurship–merupakan kunci utama dalam mendorong inovasi yang berbasis pada nilai sosial dan teknologi.
“Maka itu, mahasiswa IPB University harus mampu menciptakan inovasi baru yang menguntungkan secara ekonomi serta berdampak langsung ke masyarakat,” ucapnya.
Lebih lanjut, Prof Arif mengingatkan tentang ketekunan dalam meniti jalan wirausaha. Ia mengatakan bahwa kegagalan sejati bukanlah ketika seseorang mengalami kejatuhan, melainkan saat ia berhenti mencoba.
“Usaha untuk terus sukses berarti selalu berusaha, meski jatuh bangun. Orang yang selalu sukses adalah mereka yang memiliki kegigihan, persistensi, dan grit,” tambahnya.
Direktur PMA IPB University, Dr Handian Purwawangsa mengatakan bahwa program Agromaritime Socio Academy (ASA) 2025 diminati luas dengan jumlah pendaftar mencapai 409 orang.
Tahun ini, ada subprogram baru, yaitu Sekolah Alpukat. Program ini berisi pelatihan-pelatihan berbasis agribisnis serta menghubungkan peserta dengan ekosistem bisnis yang dikembangkan IPB University bersama mitra strategis di lahan seluas 2.000 hektare.
“Pada akhir tahun ini, para peserta sekolah juga akan berkesempatan memanen lahan sekitar 300 hektare. Ini menjadi peluang besar bagi peserta untuk belajar serta membangun ekosistem bisnis sosial di sektor alpukat,” tuturnya.
Dr Handian melanjutkan, IPB University juga mendorong mahasiswa untuk langsung terjun ke dunia ekspor. Ia menyebutkan bahwa saat ini mahasiswa IPB sudah berhasil mengekspor pinang ke India, Bangladesh, dan Pakistan.
“Mahasiswa IPB University juga ada yang berhasil ekspor ubi ke Singapura dan Malaysia dengan permintaan hingga 20 ton per bulan,” ungkapnya.
Dr Handian berharap bahwa program ini bisa terus melahirkan sociopreneur muda yang mampu mengoordinasikan petani lokal untuk lebih maju. “Dengan begitu, para pebisnis muda nantinya tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga memastikan kesejahteraan petani,” ucapnya. (dr)