Waspada Minyak Palsu, Dosen IPB University Kenalkan Ciri-Cirinya

Waspada Minyak Palsu, Dosen IPB University Kenalkan Ciri-Cirinya

Waspada Minyak Palsu, Dosen IPB University Kenalkan Ciri-Cirinya
Berita / Riset

Sejumlah masyarakat dihebohkan dengan beredarnya dugaan minyak goreng subsidi palsu. Lantas, bagaimana cara membedakan antara minyak goreng asli dan palsu?

Seperti yang banyak diberitakan, produsen minyak goreng sawit merek tertentu ditengarai melakukan pemalsuan sehingga merugikan konsumen.

Menurut Dr Nur Wulandari, dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, kasus pemalsuan tersebut merupakan bagian dari kecurangan pangan atau food fraud.

Berdasarkan Global Food Safety Initiative (GFSI 2014), food fraud merupakan istilah umum yang mencakup penggantian bahan pangan yang disengaja, penambahan, perusakan produk pangan, informasi produk yang keliru pada kemasan atau label produk pangan. Tujuannya untuk keuntungan ekonomi dan dapat berdampak bagi kesehatan konsumen

Dalam kasus ini, pemalsuan yang terjadi berupa penggantian atau penambahan dengan minyak goreng yang mutunya lebih rendah, diduga dicampur dengan minyak goreng bekas pakai. Terjadi juga pemalsuan berupa informasi produk pada label, yaitu isi bersih minyak goreng dalam kemasan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.

“Adapun minyak goreng palsu merupakan minyak goreng yang di dalamnya telah ditambahkan atau dicampur dengan bahan lain yang menurunkan mutu minyak goreng tersebut,” ujar Dr Wulan.

Sementara itu, lanjutnya, minyak goreng asli adalah minyak goreng yang memenuhi standar mutu dan memenuhi syarat pada SNI. Misalnya untuk minyak goreng sawit harus memenuhi SNI 7709:2019.

Ia menambahkan, perbedaan mutu minyak goreng secara praktis bisa dilakukan dengan pengujian keadaan minyak goreng pada aspek bau, rasa, dan warna, dan kekentalannya.

“Minyak goreng bermutu baik memiliki bau dan rasa yang normal, khas minyak goreng cenderung bland (netral) serta tidak ada aroma dan rasa yang menyimpang seperti aroma tengik dan aroma menyengat,” urainya.

Secara visual, Dr Wulan menyebut, minyak goreng terlihat jernih dengan warna kuning keemasan, tidak ada endapan berwarna gelap atau partikel-partikel di bagian bawah minyak.

Selain itu, pengamatan terhadap kinerja minyak goreng dapat dilakukan saat digunakan. Dr Wulan menjelaskan, minyak goreng yang mutunya kurang baik dapat memiliki kinerja yang lebih rendah, dengan indikasi:

  • Minyak goreng cepat berasap saat dipanaska
  • Minyak goreng cepat berubah warna keruh dan menjadi gelap kecoklatan
  • Minyak goreng terasa lebih kental
  • Minyak goreng lebih cepat berbuih/berbusa
  • Produk gorengan yang dihasilkan cenderung lebih berminyak

Selain itu, terdapat risiko bahaya keamanan pangan dari konsumsi minyak goreng bermutu rendah. “Selama penggunaannya, minyak goreng akan mengalami perubahan komponen kimia penyusunnya, antara lain berupa kenaikan asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan komponen hasil degradasi minyak selanjutnya akibat reaksi kimiawi yang dapat bersifat sebagai radikal bebas,” urai Dr Wulan.

Jika terlalu banyak mengonsumsi produk pangan yang digoreng dengan minyak yang bermutu buruk, risiko asupan komponen kimia berbahaya semakin tinggi.

“Tak hanya itu, hal tersebut juga akan berdampak negatif bagi kesehatan tubuh manusia. Dampak yang dapat terjadi berupa peningkatan risiko terjadinya penyakit degeneratif dan kronis,” paparnya.

Selanjutnya, Dr Wulan menyarankan menghentikan penggunaan minyak goreng yang bermutu rendah, dan beralih mengonsumsi minyak yang bermutu baik. Selain itu, banyak mengonsumsi jenis pangan lainnya yang tinggi serat, vitamin, dan antioksidan seperti buah dan sayur segar untuk mengurangi dampak asupan bahan kimia yang berbahaya atau bersifat radikal bebas. (AS)