Pakar Sosiologi Pedesaan IPB University Ungkap Fenomena Pergeseran Budaya Mudik dari Zaman Dulu Hingga Sekarang

Tradisi mudik yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Pakar Sosiologi Pedesaan IPB University, Prof Dr Sofyan Sjaf mengungkapkan sejumlah faktor yang memengaruhi perbedaan mudik zaman dulu dan sekarang.
Motivasi Mudik: Dari Tradisi ke Fleksibilitas Modern
Menurut Prof Sofyan, motivasi utama orang untuk mudik pada masa lalu lebih berakar pada tradisi yang kuat. Dulu, mudik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut.
“Namun, dengan meningkatnya jumlah usia produktif serta kemajuan teknologi, tradisi ini mulai mengalami pergeseran,” ungkapnya.
Lanjutnya, saat ini banyak masyarakat yang memilih merayakan Lebaran di tanah suci atau justru orang tua yang menghampiri anak di perantauan, bukan sebaliknya. Selain itu, biaya dan moda transportasi yang semakin beragam dan terjangkau juga turut mengubah pola mudik di masyarakat.
Budaya Flexing dan Pergeseran Nilai Sosial
Ia juga menyoroti perubahan dalam cara seseorang menunjukkan kesuksesan saat mudik. Jika dahulu mudik lebih berorientasi pada silaturahmi dan refleksi perjalanan hidup, kini banyak yang menjadikannya sebagai ajang flexing atau pamer keberhasilan melalui media sosial.
“Budaya materialisme saat ini semakin tinggi, dan kearifan lokal yang dulu kental dalam tradisi mudik mulai terkikis. Banyak orang kini lebih menonjolkan pencapaian mereka di media sosial dibandingkan nilai-nilai tradisional mudik,” jelasnya.
Perubahan Aktivitas Pemudik di Kampung Halaman
“Dulu, silaturahmi dilakukan dengan berkunjung dari rumah ke rumah sanak saudara dan tetangga. Sekarang, masyarakat cenderung berkumpul di satu tempat, seperti lokasi wisata atau tempat tertentu untuk mengadakan halal bi halal,” ujar Prof Sofyan.
Selain itu, sebutnya, budaya sungkeman yang dulunya menjadi ciri khas Lebaran juga mulai berkurang, tergantikan oleh komunikasi melalui media sosial.
Perbedaan Moda Transportasi
Menurut Prof Sofyan, pada masa lalu kendaraan umum menjadi pilihan utama. Saat ini, semakin banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi, sehingga menyebabkan peningkatan kemacetan di jalur mudik.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa budaya mudik memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi desa. “Mudik mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong perputaran uang di desa. Para pelaku usaha di daerah dapat meraup keuntungan lebih besar selama musim mudik,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa tren migrasi dari desa ke kota masih menjadi tantangan besar, karena banyak masyarakat desa yang masih menganggap kota sebagai pusat aktivitas.
“Untuk itu, negara harus fokus menitikberatkan pendekatan cara membangun desa lebih baik dan lebih sistematis agar potensi sumber daya di pedesaan tidak terus berkurang,” tutupnya. (Lp)