Menuju “Peringatan 80 Tahun Prof Bungaran Saragih”, Para Akademisi IPB University Gelar FGD: Hilirisasi Butuh Huluisasi

Menuju “Peringatan 80 Tahun Prof Bungaran Saragih”, Para Akademisi IPB University Gelar FGD: Hilirisasi Butuh Huluisasi

Menuju Peringatan 80 Tahun Prof Bungaran Saragih, Para Akademisi IPB University Gelar FGD Hilirisasi Butuh Huluisasi
Berita

Sebagai rangkaian peringatan “80 Tahun Prof Bungaran Saragih” pada 17 April 2025 mendatang, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University menggelar Focus Group Discussion (FGD): Hilirisasi Butuh Huluisasi.

Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB University, Dr Burhanuddin, dalam sambutannya menegaskan bahwa konsep sistem agribisnis yang diperkenalkan oleh Prof Bungaran Saragih telah menjadi dasar dalam pengembangan agribisnis nasional dari hulu ke hilir.

“Sebagai institusi akademik terdepan dalam bidang pertanian dan agribisnis, IPB University memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan solusi berbasis riset untuk memastikan keberhasilan hilirisasi,” ujarnya dalam FGD yang bertempat di IPB International Convention Center, Bogor.

Menurutnya, hilirisasi tidak dapat berjalan sendiri tanpa penguatan sektor hulu yang kokoh. Karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, industri, dan petani.

Hilirisasi Berbasis Ilmu Pengetahuan
Lima aspek utama yang dibahas dalam FDG mencakup tantangan hilirisasi, peluang, rekomendasi kebijakan, strategi reindustrialisasi, dan pembangunan sinergi lintas sektor. Kegiatan ini juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari sektor industri dan asosiasi pertanian.

Dalam sesi diskusi, Prof Yusman Syaukat dari akademisi IPB University dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, menegaskan bahwa hilirisasi harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani.

“IPB University berperan aktif dalam merancang kebijakan berbasis riset untuk memastikan bahwa hilirisasi memberikan manfaat nyata bagi petani. Penguatan rantai pasok dan kemitraan strategis dengan industri sangat diperlukan agar hilirisasi tidak hanya menguntungkan sektor hilir, tetapi juga memperbaiki kondisi di sektor hulu,” paparnya.

Prof Bungaran Saragih, tokoh yang menjadi inspirasi dalam diskusi ini, menekankan bahwa tanpa perbaikan sektor hulu, hilirisasi tidak akan berjalan optimal.

“IPB University telah berperan dalam mendorong paradigma baru berbasis keberlanjutan dengan prinsip 3P (Prosperity, People, dan Planet). Ini adalah model yang harus terus dikembangkan untuk memastikan keberlanjutan pertanian Indonesia,” tambahnya.

Para akademisi yang hadir juga menyoroti pentingnya adopsi bioteknologi dan teknologi digital dalam mendukung produktivitas pertanian. Prof Atien Priyanti peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan bahwa model closed-loop yang diterapkan dalam program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat menjadi solusi bagi petani agar memiliki akses pasar yang lebih stabil.

Dari diskusi ini, FGD menghasilkan beberapa rekomendasi strategis yang berorientasi pada kebijakan berbasis riset dan inovasi IPB University.
Penguatan kebijakan untuk mendukung integrasi sektor hulu dan hilir.
Peningkatan produktivitas hulu melalui inovasi, replanting, dan subsidi input pertanian.
Kepemimpinan yang kuat dan konsisten dalam mendukung kebijakan hilirisasi.
Sinergi industri dan petani melalui kemitraan yang saling menguntungkan.

Menutup diskusi, Prof Bungaran Saragih menegaskan bahwa hilirisasi pertanian bukan sekadar tentang ekspor, tetapi juga bagaimana menciptakan pasar dalam negeri yang berdaya saing.

“IPB University telah dan akan terus berperan sebagai pusat inovasi dalam agribisnis. Keberhasilan hilirisasi akan sangat bergantung pada penguatan sektor hulu atau huluisasi, yang selama ini menjadi fokus utama penelitian dan pengabdian masyarakat di IPB University,” pungkasnya. (*/Rz)