Mahasiswa IPB University Ikuti Pertemuan WHO SEARO di Dili, Bahas Pendanaan Iklim untuk Kesehatan di Asean

Mahasiswa IPB University Ikuti Pertemuan WHO SEARO di Dili, Bahas Pendanaan Iklim untuk Kesehatan di Asean

Mahasiswa IPB University Ikuti Pertemuan WHO SEARO di Dili, Bahas Pendanaan Iklim untuk Kesehatan di Asean
Student Insight

Mahasiswa IPB University dari Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Ryco Farysca Adi berpartisipasi dalam pertemuan yang diselenggarakan World Health Organization South-East Asia Region (WHO SEARO) di Dili, Timor Leste.

Dalam momen itu, ia didampingi Dr Perdinan, dosen dari Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University untuk menghadiri “Working Group Meeting on Accessing Climate Finance for Health in the Southeast Asia Region”.

Pertemuan ini diselenggarakan untuk memperkuat pemahaman dan kapasitas para pemangku kepentingan di kawasan Asia Tenggara terkait pendanaan iklim yang berfokus pada kesehatan.

Sesi pertama menghadirkan paparan oleh Alliance for Action on Climate Change and Health (ATACH) Secretariat yang menyoroti tantangan besar dalam mengakses pendanaan untuk kesehatan berbasis iklim.

“Kami juga diperkenalkan dengan berbagai inisiatif yang dijalankan oleh ATACH untuk meningkatkan investasi dalam sektor kesehatan iklim,” ungkap Ryco.

Dalam diskusi berikutnya, fokus beralih pada dampak ekonomi perubahan iklim terhadap kesehatan, dengan presentasi dari berbagai mitra ATACH, termasuk World Bank yang memaparkan biaya ketidakbertindakan terhadap kesehatan.

Menurut Ryco, “Diskusi tersebut membuka wawasan baru bagi kami tentang urgensi pendanaan dan strategi kebijakan yang diperlukan untuk mengurangi dampak krisis iklim.”

Setelah sesi makan siang, peserta kembali disuguhkan dengan presentasi dari beberapa mitra ATACH, di antaranya Rockefeller Foundation, FCDO, ADB, dan Save the Children, yang membahas berbagai upaya dalam pendanaan dan inisiatif kesehatan berbasis iklim.

Ia menuturkan, salah satu tema utama yang diangkat adalah pentingnya pemetaan arus pendanaan serta tantangan yang dihadapi dalam mengatasi kesenjangan pendanaan di sektor kesehatan berbasis iklim.

“Di sini, saya turut serta dalam diskusi mengenai bagaimana memperbaiki mekanisme pembiayaan untuk mendukung adaptasi komunitas terhadap krisis iklim,” cerita Ryco.

Menurut Dr Perdinan selaku dosen pendamping, keikutsertaan mahasiswa IPB University dalam acara ini tidak hanya memberikan wawasan baru mengenai tantangan pendanaan iklim, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk terlibat langsung dalam diskusi strategis yang dapat berdampak positif pada kesehatan masyarakat di Asia Tenggara.

“Melalui pengalaman ini, mahasiswa diharapkan dapat membawa pengetahuan dan solusi yang lebih aplikatif dalam menghadapi perubahan iklim yang kian mendesak,” ucapnya.

Dalam acara, ia turut memfasilitasi diskusi pengembangan proposal perancangan aksi perubahan iklim sektor kesehatan sesuai dengan WHO Framework on Climate Health.

Sebagai penutup acara, perwakilan masing-masing merumuskan langkah tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk memperkuat respons terhadap dampak perubahan iklim sektor kesehatan.

Pertemuan ini juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste, serta perwakilan dari Indonesia seperti Kemenkes, UNDP Indonesia, dan Hakli Kemenkes. Peserta dari kawasan terdiri atas perwakilan pemerintah atau representatif dari India, Srilangka, Bhutan, Thailand, Nepal, Maldives, Bangladesh, National University of Singapore, United Nations University, ADB, dan UNDP, dengan narasumber pengelola dana iklim global dari Green Climate Funds dan Adaptation Funds.