Inspiratif, Mengenal Sosok Prof Asadatun Abdullah, Guru Besar Perempuan Termuda Saat Ini di IPB University

Hari Perempuan Internasional setiap 8 Maret menjadi momen refleksi bagi perempuan di Indonesia untuk terus berkontribusi dalam berbagai bidang. Dalam dunia yang dinamis, perempuan semakin menunjukkan perannya sebagai inovator dan sosok yang berpengaruh.
Hal itu juga diilhami Prof Asadatun Abdullah, guru besar perempuan termuda saat ini di IPB University. Baginya, Hari Perempuan Internasional merupakan momen untuk merayakan kemajuan, kontribusi, dan potensi perempuan di berbagai bidang, termasuk dunia akademik, sains, dan inovasi.
“Sebagai seorang perempuan yang aktif dalam penelitian dan publikasi ilmiah, saya melihat hari ini sebagai pengingat bahwa perempuan memiliki peran penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ungkapnya.
Prof Asadatun resmi menyandang Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) sejak 1 September 2024 pada usia 41 tahun 4 bulan. Februari lalu, ia juga menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Aplikasi Teknik Genomik untuk Penjamin Kualitas dan Keamanan Bahan Industri Hasil Perikanan Indonesia”.
Sebagai peneliti perempuan yang aktif di bidang biomolekuler dan karakterisasi bahan hasil perikanan, Prof Asadatun telah mendedikasikan kariernya untuk penelitian berorientasi penyelesaian berbagai permasalahan di industri dan masyarakat.
Sebagai akademisi produktif, Prof Asadatun telah menerbitkan 49 artikel di jurnal internasional terindeks Scopus, 39 artikel di jurnal nasional terakreditasi Sinta, serta 18 prosiding terindeks Scopus.
Publikasinya telah disitasi sebanyak 294 kali di Scopus dan 1.121 kali di Google Scholar, dengan skor SINTA overall 3.480 dan H-index 9 di Scopus.
“Saya juga telah menghasilkan lima paten aktif dan lebih dari 10 paten dalam proses, termasuk di bidang teknik genomik yang menjadi fokus penelitian saya,” ujarnya.
Penelitiannya berfokus pada aplikasi teknik genomik dan fisikokimia untuk memastikan kualitas serta keamanan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna, cakalang, tongkol, sidat, udang, rajungan, hiu, pari, dan rumput laut.
“Kami mengembangkan molecular tools dan smart detection kit yang dapat membantu industri dan pemerintah dalam menjamin mutu produk perikanan. Inovasi ini sejalan dengan konsep sinergi academic, business, government, and community (ABCG),” ucapnya.
Dengan berbagai karya yang telah diukirnya, ia berharap dapat menginspirasi akademisi perempuan muda untuk percaya bahwa mereka juga bisa mencapai hal-hal besar.
“Hari Perempuan Internasional juga mengingatkan kita akan pentingnya kesetaraan dan dukungan bagi perempuan untuk berkembang. Momen ini adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan bagaimana kita dapat menciptakan peluang yang lebih adil dan inklusif bagi semua perempuan,” sebutnya.
Melalui karya-karya saya, baik dalam penelitian, penulisan buku, maupun pengembangan produk tepat guna, saya berkomitmen untuk terus berkontribusi dan menjadi contoh bahwa perempuan dapat unggul di bidang sains dan teknologi.
Di balik capaian dan prestasi yang telah diraihnya, Prof Asadatun mengaku terinspirasi oleh dua tokoh besar dalam hidupnya. Pertama adalah Prof Herry Suhardiyanto, Rektor IPB University periode 2007–2012 dan 2012–2017.
“Paman saya (Prof Herry) yang selalu memberikan teladan langsung tentang bagaimana menjadi seorang dosen dan peneliti yang konsisten dalam kondisi apa pun. Dedikasinya dalam melakukan riset, sambil tetap mengabdi untuk pengembangan institusi, menjadi panutan bagi saya,” tutur dia.
Sosok lain yang jadi inspirasinya, adalah Dr. Angela Merkel, Kanselir Jerman periode 2005–2021, salah satu tokoh wanita yang berpengaruh di dunia. “Sebagai pemimpin yang visioner, beliau menjadi simbol kekuatan, keteguhan, dan kecerdasan yang menginspirasi banyak wanita, termasuk saya,” ungkapnya.
Kepada generasi muda yang kelak memilih karier sebagai pendidik, Prof Asadatun berpesan tentang pentingnya konsistensi dan passion. “Untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan karier di bidang akademik, saya ingin menyampaikan bahwa konsistensi dan passion adalah kunci utama.”
Baginya, menjadi seorang akademisi bukan hanya tentang mengejar gelar atau publikasi, tetapi juga tentang dedikasi untuk terus belajar, berkontribusi pada ilmu pengetahuan, dan mengabdi kepada masyarakat.
“Jangan takut untuk mengambil risiko dalam mengeksplorasi topik-topik penelitian yang inovatif, karena di situlah seringkali terletak peluang untuk membuat terobosan. Mahasiswa harus punya mindset ‘innovate to thrive, or risk being overtaken by those who do’.
“Jadikan tantangan sebagai peluang untuk berpikir kreatif, dan jangan pernah berhenti belajar. Remember, innovation is not a one-time effort but a continuous journey,” tutupnya. (dr)