Fenomena War Takjil Saat Ramadan, Apa Kata Pakar IPB University?

Fenomena War Takjil Saat Ramadan, Apa Kata Pakar IPB University?

Fenomena War Takjil Saat Ramadan, Apa Kata Pakar IPB University
Berita / Riset

Setiap bulan Ramadan tiba, ada hal unik yang jarang dijumpai pada bulan-bulan yang lain, yaitu munculnya fenomena war takjil. Fenomena war takjil biasanya terjadi pada sore hari, ketika umat muslim bersiap untuk berbuka puasa.

Saat menjelang berbuka, banyak penjual makanan dan minuman menjajakan berbagai jenis takjil di sepanjang jalan atau pasar. Bahkan, tak jarang muncul pedagang-pedagang baru yang memanfaatkan momen Ramadan untuk mencoba peruntungan.

Fenomena sosial khas Ramadan ini kemudian melahirkan istilah baru: “war takjil”. Seolah-olah masyarakat sedang nge-war, bersaing mendapatkan takjil favorit mereka. Tak hanya dinikmati oleh umat muslim yang berpuasa, umat beragama lain yang tidak berpuasa pun turut merasakan keseruan ini.

Dr Tjahja Muhandri, dosen IPB University yang sehari-hari aktif membina para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mengatakan bahwa war takjil merupakan fenomena unik ditinjau dari beberapa aspek.

“Masyarakat berebut beli makanan/minuman yang awalnya ditujukan untuk pembeli yang mau buka puasa. Tapi kemudian, baik yang puasa maupun yang tidak, ikut berebut beli. Ketika konsumen sampai berebut beli, ini menunjukkan ada tarikan pasar yang kuat, ketika kebutuhan muncul,” jelasnya.

Ia mengatakan, fenomena war takjil ini juga memunculkan makanan/minuman langka. “Silakan di cek, akan banyak makanan/minuman yang pada hari biasa tidak ada, menjadi muncul di Ramadan. Tersaji menarik, harganya murah. Maka rebutan akan makanan/minuman takjil itu bisa jadi adalah rebutan ‘kenangan’,” tambahnya sambil bergurau.

Dr Tjahja menyebukan bahwa fenomena ini juga memberikan dampak positif bagi UMKM karena produk mereka bisa laku dengan mudah, hampir tidak ada yang tersisa. Hanya saja, ia memberikan pesan, UMKM mesti kreatif dan mau mengikuti tren.

“Asalkan UMKM mau ikut tren produk. Tidak monoton dengan produk yang kurang disukai konsumen,” ucapnya.

Bagi konsumen pun fenomena war takjil akan mempermudah dalam mencari varian menu berbuka. Masyarakat jadi memiliki banyak opsi menu hidangan apa yang akan menemani keluarganya saat berbuka.

Dr Tjahja juga memberikan tips bagi UMKM agar produknya disukai konsumen, salah satunya aspek kebersihan. “Para UMKM perlu membuat kesan produk, wadah, penyajian bahkan yang jualannya bersih. Konsumen akan senang,” ungkapnya.

“Gunakan perlengkapan standar, minimal masker dan sarung tangan yang bersih ketika melayani konsumen. Ikuti tren, tidak masalah meniru produk yang sedang viral. Yang terpenting, tuliskan harga jual yang jelas agar konsumen tidak merasa akan ‘digetok harga’,” pesannya.

Satu hal yang menjadi catatan dari fenomena war takjil ini, Dr Tjahja menyoroti aspek pengawasan terhadap keamanan pangan. “Semua bisa jualan, bebas bikin produk, dan gelar lapak. Jadi aspek ini rentan untuk menimbulkan keracunan atau penyakit. Jadi, aspek kebersihan sangat penting untuk diperhatikan,” tambahnya. (dh)