Sijaka: Inovasi Biofarmaka IPB University untuk Kemandirian Farmasi Indonesia

Sijaka: Inovasi Biofarmaka IPB University untuk Kemandirian Farmasi Indonesia

Sijaka Inovasi Biofarmaka IPB University untuk Kemandirian Farmasi Indonesia
Berita / Riset

Biofarmaka berperan penting dalam dunia farmasi di Indonesia. Sebagai negara megabiodiversitas, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan biofarmaka karena menjadi sumber bahan baku obat herbal yang mendukung kemandirian industri farmasi serta mengurangi ketergantungan pada impor.

Prof Mega Safithri, dosen IPB University sekaligus Ketua Departemen Biokimia merupakan salah satu yang fokus mendalami riset bidang biofarmaka. Salah satu hasil riset unggulannya adalah Sijaka.

Sijaka (Sirih merah, Jahe merah, Kayumanis) merupakan suplemen antidiabetes dan antioksidan yang terbuat dari bahan herbal asli Indonesia. Riset ini ia kaji dari tahun 2005, sejak dirinya masih menjadi mahasiswa pascasarjana hingga saat ini.

Produk Sijaka telah diuji coba di Laboratorium Saraswanti Indo Genetech (SIG), terakreditasi ISO secara internasional, memiliki lisensi dan sudah di produksi oleh PT Nano Herbaltama Indonesia.

“Ini salah satu bukti bahwa IPB University sangat unggul dalam riset biofarmaka terutama untuk antidiabetes,” ungkapnya saat diwawancara (7/2).

Selain itu, ia melanjutkan, produk lain yang siap skala produksi adalah serum anti-aging berbahan dasar ekstrak nano daun sirih merah dan nano propolis yang berasal dari lebah Apis Mellifera. Produk ini siap dikomersialkan melalui program riset Promoting Research and Innovation through Modern and Efficient Science and Technology Parks Project (PRIMEStep).

Menurutnya, peran biofarmaka dalam sistem kesehatan nasional ke depannya sangat menjanjikan. Sebab, beberapa penyakit dapat terjadi dan berkembang dari reaksi redoks dan ketidakseimbangan stres oksidatif dan antioksidan dalam tubuh. Obat sintetik senyawa kimia umumnya hanya dapat mengobati penyakit tanpa memperbaiki sistem homeostasis stres oksidatif dan antioksidan tubuh secara keseluruhan.

“Sementara itu, biofarmaka memiliki potensi untuk membantu memperbaiki fungsi tubuh dengan cara menjaga keseimbangan sistem redoks dalam tubuh. Salah satu contohnya adalah Sijaka, yang meskipun tidak bekerja secepat obat berbasis senyawa kimia, tetapi ini dapat mendukung pemulihan tubuh secara menyeluruh sehingga seseorang menjadi lebih sehat,” urainya.

Dijelaskannya, sirih merah bekerja memperbaiki sel beta pankreas akibat paparan radikal bebas. Adapun kayu manis bekerja pada usus, yaitu menghambat penyerapan glukosa; dan jahe merah bekerja meredam radikal bebas dan peradangan akibat kondisi tingginya kadar glukosa di darah.

Ia mengatakan, meskipun belum dikomersialisasikan secara resmi, banyak orang yang telah menantikan produk Sijaka berdasarkan berbagai testimoni dari uji coba yang dilakukan secara terbatas oleh Prof Mega dan Tim PT NHI. Produk ini juga telah mendapatkan pendanaan untuk riset sejak tahun 2005 serta pernah mendapatkan sejumlah penghargaan pada tahun 2012, 2016, dan 2019.

Saat ini, Prof Mega bersama mahasiswa bimbingannya (S1, S2 dan S3 Biokimia) sedang melakukan riset biofarmaka dengan memanfaatkan bahan temulawak, teh hitam, kayumanis, dan sirih merah sebagai antidemensia. Riset tersebut sudah melalui uji in silico dan in vitro dan akan melalui uji in vivo pada hewan tikus.

Melalui riset biofarmaka, IPB University memiliki kemitraan dengan berbagai industri seperti PT Nano Herbaltama Indonesia, PT Nanotech Natura, PT SOHO Industri Farmasi, dan industri lainnya.

“Saya berharap riset Biofarmaka di IPB University dapat diperkuat dengan uji klinis dari Fakultas Kedokteran IPB dan semakin banyak hasil riset biofarmaka yang dikomersilkan oleh perusahaan atau industri obat,” tutupnya. (Lp)