Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Paparkan Paradigma Agrogeologi untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang
![Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Paparkan Paradigma Agrogeologi untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang](https://www.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/Guru-Besar-Fakultas-Pertanian-IPB-University-Paparkan-Paradigma-Agrogeologi-untuk-Reklamasi-Lahan-Bekas-Tambang-770x400.jpg)
Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof Iskandar mengatakan bahwa agrogeologi menjadi solusi inovatif dalam pengelolaan lahan pertanian dan reklamasi lahan bekas tambang. Demikian ungkapnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University (6/2).
“Di dalam agrogeologi ini ada beberapa kajian, yaitu peran bahan induk tanah terhadap perkembangan dan produktivitas tanah. Kemudian manfaat dan bahan-bahan hasil proses geologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman pertanian dan kontribusinya,” ucapnya.
Sebagai negara yang terletak di kawasan vulkanik aktif, Indonesia memiliki potensi pemanfaatan batuan sebagai pembenah tanah. “Indonesia juga berada pada wilayah cincin api dengan 127 gunung api aktif,” ujar Prof Iskandar.
Pada saat erupsi, ia melanjutkan, gunung-gunung tersebut memberikan kontribusi terhadap peremajaan tanah melalui penambahan hara yang berasal dari berbagai batuan.
“Tanaman spesies lokal apa pun itu tidak akan tumbuh dengan baik bila tanahnya tidak subur. Dengan demikian, perbaikan kualitas tanah tambang itu merupakan langkah pertama penting menuju sukses reklamasi,” ucapnya.
Menyoal limbah, Prof Iskandar menyampaikan bahwa limbah industri seperti fly ash and bottom ash (FABA) serta lumpur merah dari proses bayer (pemurnian bijih bauksit untuk menghasilkan aluminium) dapat dimanfaatkan sebagai pembenah tanah.
“Hasil uji coba menunjukkan bahwa pemanfaatan FABA bersamaan dengan kompos, kami menyebutnya sebagai komfaba (campuran kompos dan FABA), dapat meningkatkan sifat-sifat kimia ultisol (tanah miskin),” terangnya.
Prof Iskandar menyatakan bahwa reklamasi lahan bekas tambang memerlukan pendekatan spesifik karena karakteristik tanahnya yang beragam. Langkah awal perbaikannya adalah dengan menggunakan pembenah tanah yang tepat.
“Pengelolaan air asam tambang juga krusial, dengan metode enkapsulasi dan permeable reactive barrier menggunakan FABA dapat menjadi solusi efektif. Dengan pendekatan agrogeologi juga, perbaikan kualitas tanah akan mendorong keberlanjutan pengelolaan lahan pertanian dan bekas tambang secara lebih optimal,” ucap Prof Iskandar. (dr)