IPB University Jalin Kerja Sama dengan Temasek Life Sciences Ltd Singapura

IPB University Jalin Kerja Sama dengan Temasek Life Sciences Ltd Singapura

IPB University Jalin Kerja Sama dengan Temasek Life Sciences Ltd Singapura
Berita

Baru-baru ini, IPB University melakukan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) dengan Temasek Life Sciences Ltd yang bermarkas di Singapura.

Kerja sama yang dijalin adalah penelitian bersama mengenai reduksi emisi karbon pada pertanian organik. Kerja sama ini difasilitasi oleh Direktur Konektivitas Global IPB University, Dr Eva Anggraini.

Rektor IPB University, Prof Arif Satria sangat mendukung program kerja sama ini. Prof Arif menuturkan, reduksi emisi karbon di sektor pertanian masih belum banyak yang menggarap.

“Sekiranya IPB University dan Temasek berhasil dalam program ini, maka IPB University akan menjadi pelopor dalam upaya reduksi emisi karbon di sektor pertanian,” ujar Rektor.

Penandatanganan MoU dilakukan di Gedung Rektorat IPB University dan diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Resiliensi Sumberdaya dan Infrastruktur, Dr Alim Setiawan Slamet. Sementara pihak Temasek diwakili oleh Chief Executive Officer (CEO), Peter Chia.

Hadir pula Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) IPB University, Prof Edi Santosa serta perwakilan dari Pusat Studi Reklamasi Tambang IPB University, Dr Hermanu Widjaja.

Dr Alim berujar, “IPB University dan Temasek berupaya melakukan sertifikasi pertanian organik sebagai aktivitas pertanian rendah karbon, dengan maksud untuk meningkatkan nilai tambah dari pertanian organik,” ucapnya.

Pada tahap awal, kata dia, IPB University dan Temasek melaksanakan riset di Wonogiri, Jawa Tengah untuk meneliti sejumlah aktivitas pertanian yang bisa menurunkan emisi karbon, khususnya terkait dengan emisi gas metana.

Dr Alim menyebut, ada tiga hal yang diharapkan bisa dicapai dalam kolaborasi antara IPB University dan Temasek ini. “Pertama yaitu membuat standar pengukuran gas metana di pertanian organik,” tuturnya.

Kedua, lanjut dia, menentukan aktivitas pertanian organik apa saja yang bisa menurunkan kadar emisi gas penyebab rumah kaca. Ketiga, yakni meningkatkan mata pencaharian masyarakat pertanian organik.

“Tujuan utama dari kolaborasi IPB University dan Temasek adalah terbangunnya Joint Testing Laboratory, yang didedikasikan untuk analisis gas rumah kaca sehingga dapat berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Ini adalah tujuan yang sangat potensial untuk dikembangkan secara bersama,” ujar Dr Alim.

Sementara CEO Temasek mengungkapkan, “Saat ini, IPB University bersama Temasek telah dan sedang membina pertanian organik di Wonogiri. Beras yang dihasilkan oleh pertanian organik ini telah disertifikasi oleh institusi sertifikasi internasional dan dipasarkan ke konsumen di Singapura oleh Temasek,” ujar dia.

Salah satu perwakilan petani menyampaikan bahwa program pertanian organik sangat dirasakan benefit ekonominya oleh masyarakat petani di Wonogiri.

Sementara itu, Laboratorium Kimia Terpadu IPB University akan dijadikan laboratorium yang akan mengukur kadar metana pertanian organik dengan menggunakan gas kromatografi (GC-FID).

Ada sekitar 1.000 sampel yang akan dianalisis kandungan gas metana. Kepala Laboratorium Kimia Terpadu, Dr Mohammad Khotib menyanggupi analisis gas metana tersebut dengan metode yang ditentukan oleh Temasek.

Adapun proyek kerja sama ini dapat terjalin atas rintisan kuartet peneliti yang terdiri dari Prof Mohammad Winugroho sebagai pembina kelompok petani organik Wonogiri. Lalu, Prof Bambang Purwantara yang berkontribusi untuk mengeksplorasi kemungkinan riset rendah karbon pertanian organik ini diangkat ke level regional melalui Seameo.

Lebih lanjut, Prof Hefni Effendi juga berperan dalam mengorganisasi dan menghubungkan kolaborasi riset ini dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kemudian Satria Oktarita, MSi bertindak mengawal aspek teknis kolaborasi riset pertanian rendah karbon.

“Kuartet peneliti inilah yang secara intensif membina komunikasi dengan Temasek yang di Indonesia melalui sejumlah pertemuan daring dan luring, diwakili oleh PT Bloom Argo,” ungkap Dr Alim.

Prof Rizaldi Boer selaku Kepala Lembaga Riset Internasional-Lingkungan dan Perubahan Iklim (LRI-LPI) sangat menyokong kerja sama ini dalam bentuk kajian lanjutan untuk proses sertifikasi pertanian organik rendah karbon di tataran nasional dan internasional.

Di sisi lain, Menteri Lingkungan Hidup, Dr Hanif Faisol Nurofiq serta Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Perubahan Iklim (PPI), Ir Laksmi Dhewanthi, MA diketahui keduanya sangat menyambut baik dan mendukung inisiatif IPB University ini. (*/Nr)