TNC IPB University Dorong Kolaborasi Tangani Penyakit Pisang di Flores
Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University bersama Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP), Gerakan Petani Nusantara (GPN), Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), dan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) sukses menjalin kolaborasi dalam penanganan penyakit pisang yang belakangan terjadi di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu dilakukan melalui Webinar Series #TNCTalksE07 dengan tema “Pengelolaan Ledakan Penyakit Pisang di Flores” melalui Zoom Meeting dan YouTube. Acara ini menarik perhatian lebih dari 255 peserta, termasuk petani, penyuluh pertanian, akademisi, dan pemangku kepentingan dari berbagai sektor.
Pada sambutannya, Dr Roza Yusfiandayani selaku Wakil Kepala TNC IPB University, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menghubungkan petani, peternak, dan masyarakat agromaritim dengan civitas akademika untuk bertukar ilmu pengetahuan, terutama dalam mengelola penyakit pisang yang tengah melanda Flores.
“Pisang menjadi komoditas penting di Flores yang sangat berpengaruh terhadap ekonomi dan budaya masyarakat. Penyakit yang menyerang tanaman pisang telah menyebabkan kerugian besar, dan webinar ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan solusi,” jelas Dr Roza.
Senada dengan itu, Prof Ernan Rustiadi, Wakil Rektor IPB University bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim, menekankan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi permasalahan ini.
“Pisang adalah komoditas strategis di Flores dan Indonesia. Pengendalian penyakit pisang yang efektif sangat diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan dan ekonomi lokal,” ujar Prof Ernan.
Webinar ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli, seperti Gregoriana Hayani Koten, SP dari Yayasan Komodo Indonesia Lestari, Waspodo Budi Prayitno, SP selaku Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Wilayah Lumajang, dan Prof Widodo selaku Guru Besar Departemen Proteksi Tanaman IPB University.
Gregoriana menjelaskan bahwa penyakit yang menyerang pisang di Kabupaten Manggarai Barat, NTT, seperti layu Fusarium dan penyakit darah, telah menyebabkan penurunan produksi yang signifikan.
“Penyakit ini tidak hanya berdampak pada produksi pisang, tetapi juga pada perekonomian petani yang sangat bergantung pada tanaman ini sebagai sumber pendapatan,” ungkapnya.
Selain itu, Waspodo juga membagikan pengalaman dari Lumajang, Jawa Timur, yang menghadapi penyakit serupa. Melalui pendekatan pengendalian yang melibatkan penggunaan agen hayati dan perbaikan sanitasi, Lumajang berhasil mengurangi dampak penyakit pada pisang.
“Pengendalian hama dengan agen hayati, seperti Trichoderma, telah terbukti efektif untuk mengurangi serangan penyakit,” katanya.
Prof Widodo, dalam paparannya, menyoroti pentingnya pengelolaan penyakit pisang secara komprehensif, yang mencakup identifikasi gejala, sanitasi yang tepat, dan penggunaan teknik budi daya yang baik.
“Menyelesaikan masalah penyakit pisang membutuhkan upaya kolektif, dari petani hingga akademisi, untuk menjaga kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan,” tegasnya.
Pisang merupakan komoditas penting yang tidak hanya menjadi sumber pangan dan ekonomi, tetapi juga bagian penting dari adat budaya masyarakat Flores. Serangan penyakit mengakibatkan penurunan pendapatan petani, terganggunya ritus budaya, dan ancaman terhadap plasma nutfah pisang lokal.
Melalui webinar ini, Dr Yoza berharap para petani dan penyuluh dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk meningkatkan pengelolaan penyakit pisang, memperkuat ketahanan pangan, serta melestarikan pisang lokal yang menjadi bagian dari budaya masyarakat Flores. (TNC/Rz)