Penuhi Rating ESG, Tim Ahli IPB University Pandu Pertamina Pendopo Formulasikan BAP

Penuhi Rating ESG, Tim Ahli IPB University Pandu Pertamina Pendopo Formulasikan BAP

Penuhi Rating ESG, Tim Ahli IPB University Pandu Pertamina Pendopo Formulasikan BAP
Berita

Tim ahli IPB University yang dipimpin oleh Prof Hefni Effendi mendampingi Pertamina Pendopo dalam penyusunan rencana aksi keanekaragaman hayati atau Biodiversity Action Plan (BAP) yang inovatif. BAP ini dirumuskan sebagai upaya meningkatkan rating environmental, social, and governance (ESG).

BAP merupakan salah satu inisiatif konkret perusahaan untuk menunjukkan komitmennya terhadap prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik.

Prof Hefni menuturkan, dengan BAP, Pertamina Pendopo tidak hanya peduli terhadap lingkungan, tetapi juga terhadap keberlanjutan bisnis jangka panjang.

“Kolaborasi ini menjadi bukti nyata bagaimana dunia akademis dan industri dapat bersinergi dalam mengatasi tantangan lingkungan. BAP yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi model bagi perusahaan-perusahaan lain dalam mengelola dampak operasional terhadap lingkungan,” ujarnya.

ESG adalah kerangka kerja yang digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi dampak sosial dan lingkungan dari operasi mereka. ESG mencakup tiga pilar utama: lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance).

Aspek lingkungan berfokus pada dampak perusahaan terhadap lingkungan, seperti emisi karbon, pengelolaan limbah, penggunaan sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati.

Sementara aspek sosial meliputi hubungan perusahaan dengan masyarakat, karyawan, dan stakeholder lainnya, seperti praktik ketenagakerjaan yang adil, hak asasi manusia, dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Adapun aspek tata kelola, berkaitan dengan struktur kepemimpinan, sistem pengendalian internal, dan transparansi dalam pengambilan keputusan perusahaan.

BAP dimaknai sebagai rencana strategis yang dirancang untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati di suatu area operasi perusahaan. BAP mencakup berbagai tindakan, salah satunya inventarisasi jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang ada di suatu wilayah.

BAP juga meliputi pemetaan habitat dengan menentukan lokasi habitat kritis bagi spesies yang dilindungi. Mitigasi dampak untuk mengelola dampak negatif aktivitas perusahaan terhadap keanekaragaman hayati dengan menganut mitigasi hirarki (avoidance, minimization, restoration, offset, dan Additional Conservation Action/ACA).

Selain itu, BAP juga mengupayakan Net Positive Impact (NPI) dengan membuat rencana aksi yang implementatif dan terukur. Terakhir aspek monitoring dan evaluasi untuk memantau efektivitas tindakan yang telah dilakukan.

Materi-materi tersebut dipaparkan oleh Prof Hefni Effendi dan Luluk DW Handayani, MSi sebagai hasil kajian pada wilayah kerja Pertamina Pendopo di Sumatera Selatan, pada acara “Workshop dan FGD Monitoring KPI ESG Aspek Environment Tahun 2024 di Lingkungan SubHolding Upstream, Pertamina Hulu Energi” di JW Marriott Hotel Medan, pekan silam.

“BAP telah menjadi salah satu key performance indicator (KPI) tentang lingkungan yang diterapkan oleh Pertamina Persero. BAP berperan sebagai salah satu komponen yang dinilai dalam rating ESG. BAP juga dipersyaratkan oleh International Financial Corporation (IFC) sebagai salah satu komponen lingkungan yang harus dikaji,” papar Prof Hefni.

IFC, sebagai lembaga keuangan internasional yang berfokus pada investasi di negara berkembang, memiliki standar lingkungan dan sosial yang ketat. Salah satu aspek penting yang diperhatikan oleh IFC adalah dampak investasi terhadap keanekaragaman hayati.

Oleh karena itu, Prof Hefni menyebut, BAP menjadi sebuah instrumen penting untuk memastikan bahwa proyek-proyek yang didanai oleh IFC tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berkelanjutan secara lingkungan. (*/Rz)