Mahasiswa S2 ARL IPB University Field Trip ke Lanskap Mangrove Angke
Mahasiswa IPB University dari Program Studi Magister Arsitektur Lanskap (S2 ARL) melakukan field trip satu hari ke lanskap mangrove di sekitaran Angke Jakarta (28/10). Ada tiga lokasi yang dikunjungi secara berurutan, yakni Kawasan Ekowisata Mangrove, Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, dan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA).
Kunjungan ini melibatkan 20 mahasiswa S2 ARL, dua asisten mahasiswa, dan tiga dosen pengampu mata kuliah. Ada dua mata kuliah (MK) terkait, yakni MK Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan (PLB) dan MK Tanaman dan Sistem Ruang Terbuka Hijau (TSRTH).
“Tujuan dari field trip ini adalah agar mahasiswa mengalami secara langsung proses pengelolaan lanskap mangrove. Karena sejatinya arsitek lanskap akan termotivasi secara kreatif setelah melakukan perjalanan dan mengalami langsung pada ruang spasial yang otentik,” terang Dr Kaswanto selaku dosen praktikum mata kuliah PLB.
Dr Kaswanto melanjutkan, “Mahasiswa diharuskan untuk dapat menyusun rencana pengelolaan atau management plan dari lanskap mangrove yang dikunjungi berdasarkan observasi terkini.”
Begitu pun menurut Dr Bambang Sulistyantara selaku pengampu MK TSRTH yang menjelaskan, “Mahasiswa sangat perlu untuk mengetahui pemanfaatan vegetasi mangrove dalam penataan lanskap. Mahasiswa akan semakin berkompeten jika mengetahui fungsi dan manfaat dari lanskap mangrove.”
Lanskap kunjungan pertama ke Kawasan Ekowisata Mangrove. Rombongan diterima oleh Dimas Ario Nugroho selaku Kepala Subkelompok Perencanaan Kehutanan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) Jakarta.
Penerimaan diawali dengan diskusi di welcome area mengenai kondisi pengelolaan lanskap terkini. Kemudian dilanjutkan dengan observasi langsung menyusuri jalur interpretasi. Tak lupa juga diisi dengan diskusi secara langsung bersama petugas yang sedang melakukan penanaman ataupun penyulaman.
“Lanskap SMMA seluas 200 hektare ini memiliki banyak fungsi. Tentunya selain sebagai habitat satwa, penjernih air asin, penahan abrasi, mencegah intrusi air laut, lanskap mangrove juga berfungsi untuk menyerap karbon,” jelas Dimas saat ditanyakan mengenai fungsi lanskap mangrove.
“Lanskap mangrove menyerap karbon lebih banyak dari jenis hutan lainnya. Hal ini yang sedang dikaji terkait dengan kalkulasi serapan karbonnya,” imbuh alumnus Prodi ARL IPB University ini.
Rombongan kemudian bergerak ke lanskap kedua, yakni di TWA Angke Kapuk. Mereka diterima di rumah kayu untuk melakukan diskusi mengenai 12 prinsip pengelolaan lanskap yang berkelanjutan. Diskusi diawali dengan paparan yang dilakukan oleh Hendra Gunawan selaku Staf Ahli Konservasi PT Murindra Karya Lestari yang juga alumni IPB University.
“Kami sangat senang menerima kunjungan dari rekan-rekan mahasiswa S2 Arsitektur Lanskap IPB University. Hasil kajian ini nantinya tentu sangat selaras dengan penyesuaian yang akan dilakukan oleh TWA untuk tahun 2027 mendatang,” ungkap Hendra mengenai ekspektasinya dari kunjungan mahasiswa S2 ARL IPB University ini.
Selanjutnya, rombongan mahasiswa kemudian beranjak ke lokasi terakhir, yakni di SMMA yang terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Sebelum senja hari, mereka melakukan observasi lapang menyusuri jalur interpretasi sepanjang 500 meter yang didampingi oleh Yusuf Muhammad, Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta.
“Kami sangat berharap kunjungan mahasiswa S2 ARL IPB University ini dapat memberikan hasil kajian yang dapat menambah insight dalam pengelolaan SMMA ini,” harap Yusuf yang juga alumni IPB University.
“Kami sengaja memilih objek kajian pada lanskap mangrove karena hingga saat ini masih jarang ekspose yang mengangkat objek mangrove,” ungkap Maheswara Aulia Khrisna, mahasiswa S2 ARL IPB yang menjadi ketua pelaksana kegiatan ini.
“Terlebih saat ini perhatian dunia kepada objek mangrove juga mengalami peningkatan, sehingga kami merasa perlu mendalami keilmuan mengenai penataan dan pengelolaan lanskap mangrove,” imbuh Maheswara.
Dr Kaswanto mengurai bahwa hasil kajian dalam fieldtrip ini nantinya akan disajikan dalam bentuk ekpose yang akan digelar di minggu ke-14 semester ini. Ekspose akan mengundang seluruh stakeholders terkait, terutama para pengelola dari tiga kawasan yang dikunjungi.
“Tujuannya agar hasil kajian dapat menjadi masukan bagi para pengelola lanskap mangrove,” ungkap Dr Kaswanto terkait tindak lanjut yang akan dilaksanakan. (*/Rz)