Dosen IPB University Ulik Sisi Lain Air Terjun, Bukan Sekadar Keindahan Alam
Prof Ani Mardiastuti, dosen IPB University di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) membahas potensi geowisata air terjun dalam Webinar Nasional bersama Tunas Hijau Indonesia, Sabtu (02/11).
Dalam presentasinya, ia mengungkapkan bahwa air terjun bukan sekadar keindahan alam, tetapi juga memiliki banyak aspek ekologis dan budaya yang perlu diperhatikan.
“Air terjun bukan hanya tempat rekreasi, tetapi juga dapat menjadi bagian dari budaya lokal, menarik wisatawan yang ingin belajar tentang kebudayaan dan tradisi setempat,” ujarnya.
Menurutnya, air terjun adalah bagian dari ekosistem yang kompleks, mengandung keanekaragaman hayati yang perlu dilindungi, serta potensi geowisata yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat.
“Dari pemandangan yang indah hingga proses geologis dan ekosistem yang ada di sekitarnya, semuanya berkontribusi pada keunikan air terjun,” ungkap Prof Ani.
Ia menyebut, saat ini penelitian tentang ekosistem air terjun di Indonesia masih terbatas. “Meskipun banyak yang sudah meneliti, masih banyak potensi yang belum tergali, terutama di daerah terpencil. Kita perlu lebih banyak penelitian untuk memahami dan melestarikan keanekaragaman hayati di sekitar air terjun,” ujarnya.
Dari segi keanekaragaman hayati di sekitar air terjun, Prof Ani menjelaskan bahwa kawasan ini merupakan habitat bagi berbagai tumbuhan dan satwa liar. “Ini adalah tempat yang unik. Kita dapat menemukan spesies yang mungkin sulit ditemui di tempat lain,” kata dia.
Salah satu hal menarik adalah bagaimana air terjun menciptakan microclimate atau iklim mikro yang lembab dan sejuk. “Daerah sekitar air terjun biasanya adem dan lembab, yang mendukung pertumbuhan berbagai jenis lumut dan tanaman khas lainnya,” paparnya.
Di sisi lain, air terjun juga memiliki peran ekologis yang penting. “Air yang jatuh menciptakan energi besar dan mengalir dengan cepat, membawa sedimen yang dapat memengaruhi ekosistem di bawahnya,” jelas Prof Ani.
Ia mengingatkan bahwa kualitas air sangat penting untuk keberlangsungan ekosistem tersebut. Jika air terjun tercemar, bukan hanya airnya yang rusak, tetapi juga habitat di sekitarnya akan terpengaruh.
Selain itu, Prof Ani berbagi pandangannya tentang aktivitas manusia di sekitar air terjun. “Kita sering melihat banyak orang datang untuk bermain dan menikmati keindahan air terjun. Namun, kita juga harus ingat bahwa kehadiran kita dapat mengganggu satwa liar yang ada di sana,” katanya.
Prof Ani berpesan agar pengunjung lebih menghargai dan melestarikan air terjun serta keanekaragaman hayati di sekitarnya. Ia menyarankan agar para wisatawan mengunjungi air terjun pada waktu yang tepat, seperti pagi atau sore, untuk menghindari gangguan pada satwa.
“Air terjun adalah warisan alam yang harus kita jaga dan lestarikan. Kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati keindahan dan manfaat dari air terjun ini,” tutupnya. (MW)