Dosen IPB University Resmikan Healing Garden: Ruang Relaksasi dan Spiritual Santri Ponpes Al Muhajirin Purwakarta
Tim Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) IPB University dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian (Faperta) meresmikan Demplot Healing Garden di Kebun Anas Bin Malik, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Muhajirin Kampus 5, Desa Gardu, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (10/11).
Kegiatan peresmian dan diseminasi ini dihadiri oleh berbagai stakeholder di antaranya jajaran pengurus Pesantren Al Muhajirin, pemerintah wilayah setempat (Camat, Kepala Desa, Danramil, Kapolsek), santri, dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Muhajirin. Tim Dospulkam yang hadir, yaitu Dr Prita Indah Pratiwi, Dr Bambang Sulistyantara, Dr Indung Sitti Fatimah, Dr Nizar Nasrullah, dan asisten Riswandi, Andy Darusalam.
Program ini secara keseluruhan ditujukan untuk memberikan ruang relaksasi, diskusi, dan murojaah (pengulangan hafalan Al-Quran) bagi para santri Al Muhajirin. Healing garden juga diharapkan bisa meningkatkan aktivitas spiritual, kesehatan fisik, dan mental di lingkungan pesantren.
“Program ini diharapkan menjadi sarana bagi santri untuk mencapai keseimbangan spiritual, mental, dan fisik, serta sebagai langkah awal pengembangan pesantren berbasis pertanian di masa depan,” ujar Direktur Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB University, Dr Handian Purwawangsa yang hadir membuka acara.
Dr Handian menekankan bahwa healing garden ini merupakan salah satu bentuk hilirisasi dari hasil penelitian dan pengabdian dosen yang berdampak bagi masyarakat, khususnya dalam menciptakan lingkungan yang produktif dan masyarakat yang sehat.
Pimpinan Ponpes Al Muhajirin, Prof KH Abun Bunyamin dalam sambutannya mengutip hadits Nabi Muhammad saw “Khairunnas anfa’uhum linnas”, yang bermakna ‘Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain’. Prof Abun juga menyampaikan, manusia diberi tanggung jawab untuk menjaga alam, mengelola, dan memanfaatkannya secara bijaksana.
Acara dilanjutkan dengan penanaman simbolis sebagai peresmian healing garden di Kebun Anas bin Malik. Berbagai tanaman aromatik, rempah, dan obat ditanam di lokasi ini, antara lain kenanga (Cananga odorata), kemuning (Murayya paniculata), kacapiring (Gardenia jasminoides), jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum), kunyit (Curcuma longa L.), dan panglay (Zingiber purpureum Roxb).
Kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan healing garden oleh Dr Prita Indah Pratiwi. Ia menyampaikan healing garden yang dibangun mengintegrasikan praktik horticultural therapy untuk meningkatkan aktivitas spiritual dan interaksi sosial,
Beragam aktivitas yang dilakukan juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Misalnya, penataan edible garden dan taman tanaman obat dan keluarga (Toga) serta tanaman pertanian produktif (SDGs 2), penataan taman relaksasi untuk aktivitas pasif hingga semi aktif (SDGs 3).
Selain itu, program desain area murojaah dan outdoor class untuk praktik budi daya pertanian (SDGs 4), penataan lanskap pesantren dan penguatan socio-resilience masyarakat (SDGs 11), dan kemitraan bersama Yayasan Al-Muhajirin dan tim Aquair Indonesia (SDGs 17).
Dalam materi “Kreasi Minuman Sehat Alami dan Pemanfaatan Limbah Buah dan Sayuran”, Dr Tati Budiarti mempraktikkan pembuatan ekoenzim dari kulit jeruk, pisang, dan timun. Komposisi bahan yang digunakan adalah 250 gram gula merah, 750 gram kulit buah, dan 2,5 liter air.
“Ekoenzim dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, dekomposer, pembersih di rumah, perawatan dan kebersihan badan, penjernih air, pengurang bau, perawatan toilet/septic tank, pencuci sayuran dan buah, dan obat luka,” jelasnya.
Ia juga menghidangkan dua jenis minuman sehat alami, yaitu minuman timun dan jahe dengan perasan jeruk. Selain itu, ia juga mempraktikkan pembuatan lubang resapan biopori di taman depan aula kebun.
“Manfaat dari lubang resapan biopori ini dapat digunakan sebagai penanganan sampah organik, meningkatkan resapan air hujan, mengatasi genangan, meningkatkan cadangan air tanah, memupuk tanaman dengan bahan organik, memanen kompos, menstabilkan struktur tanah, dan mengurangi intrusi air laut pada daerah pantai,” urainya.
Sebelum peresmian, tim Dospulkam telah melalui beberapa tahap, termasuk penyusunan desain healing garden, pemaparan desain kepada pihak pesantren, pelatihan budi daya tanaman hortikultura, serta kegiatan penanaman dan implementasi desain. Healing garden ini dibangun sebagai langkah awal pengembangan pesantren berbasis pertanian yang berkelanjutan. (*/Rz)