Sinergi Akademisi IPB University dan Komunitas Desa untuk Konservasi Lingkungan di Lereng Gunung Merapi

Sinergi Akademisi IPB University dan Komunitas Desa untuk Konservasi Lingkungan di Lereng Gunung Merapi

Sinergi Akademisi IPB University dan Komunitas Desa untuk Konservasi Lingkungan di Lereng Gunung Merapi
Berita

Kelompok akademisi IPB University menjalin sinergi bersama komunitas desa di Desa Pagerjurang, Boyolali, Jawa Tengah. Melalui program Dana Padanan Kedaireka 2024, para dosen IPB University berupa mengimplementasikan microcatchment berbasis komunitas untuk mendukung imbal jasa lingkungan. Upaya tersebut juga dilakukan sebagai upaya bencana kekeringan serta erosi di kawasan yang berada di lereng Gunung Merapi itu.

Microcatchment sendiri merupakan teknik konservasi air yang digunakan di lahan kering atau semi-kering untuk menangkap dan menampung air hujan secara lokal. Dengan membuat cekungan kecil atau struktur penampung air, teknik ini membantu meningkatkan kelembaban tanah, mendukung pertumbuhan tanaman, dan mengurangi erosi. Biasanya, microcatchment diterapkan dalam pertanian berkelanjutan dan penghijauan di daerah dengan curah hujan rendah.

Dr Ahyar Ismail selaku ketua program menuturkan, program ini diusung untuk mendukung pelestarian lingkungan berbasis inovasi ilmiah. Ia menekankan bahwa keterlibatan masyarakat lokal adalah kunci keberhasilan program ini.

“Program Dana Padanan ini merupakan bentuk nyata dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara insan perguruan tinggi dengan pihak mitra,” ujar dosen IPB University di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan saat acara di Kantor Desa Pagerjurang, Boyolali (5/10) itu.

Pada sesi kali ini, para dosen IPB University mengadakan sosialisasi program SPACES atau Smart Circular Payment for Environmental Services. Sosialisasi disampaikan oleh M Iqbal Suriyansyah, SKom, MKom. Program ini bertujuan untuk mendukung jasa lingkungan dengan teknologi digital, memungkinkan masyarakat memperoleh imbalan ekonomi dari upaya pelestarian lingkungan.

Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian pelatihan pembuatan pupuk hayati fungi mikoriza arbuskular (FMA) dipandu oleh Agustinus Tri Aryanto, SPt, MSi. Melalui pelatihan ini, peserta diberikan wawasan secara praktis tentang produksi pupuk hayati untuk memperbaiki kualitas tanah dan mendukung pertanian.

Acara turut dihadiri oleh Kepala Desa Pagerjurang, Nur Amir, serta sejumlah kepala desa dari wilayah sekitar dan warga desa. Melalui sambutannya, Nur Amir menyampaikan harapan agar program ini membantu pengelolaan sumber daya alam desa dan berlanjut dengan program lanjutan. Ia menekankan pentingnya sinergi antara potensi lokal dan inovasi untuk menjaga kelestarian lingkungan, terutama di kawasan hulu.

“Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat desa, terutama dalam upaya konservasi lingkungan di kawasan lereng Gunung Merapi. Kolaborasi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah desa ini semoga bisa memberdayakan masyarakat untuk menjadi pelaku aktif dalam upaya pelestarian bumi,” harap Dr Ahyar. (*/Rz)