Sekolah Pranikah IPB University Beri Bekal Remaja Terkait Gizi dan Kesehatan Reproduksi
Sejumlah remaja berkesempatan belajar terkait gizi dan kesehatan reproduksi lewat Sekolah Pranikah IPB University. Program besutan Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) dan Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) IPB University ini digelar di Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Pada pertemuan ini, peserta mendapatkan materi mengenai kesehatan reproduksi dan gizi remaja. Kedua materi tersebut disampaikan oleh bidan Tini Sagita.
Dalam materi pertama bidan Tini menjelaskan masa remaja sebagai masa transisi yang ditandai dengan pubertas. Perubahan-perubahan terjadi mulai dari fisik, psikis, dan sosial. Selanjutnya, perbedaan tanda awal kematangan seksual antara laki-laki dan perempuan digambarkan dengan detail.
Lebih lanjut, ibu bidan memperkenalkan tanda-tanda kehamilan, keguguran, serta penyakit reproduksi. Sebagai persiapan pranikah, remaja diharapkan bisa memiliki kesiapan fisik dan psikis serta kecukupan sosial ekonomi.
“Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari fisik, mental, dan sosial seseorang. Sejahtera berarti terpenuhi secara menyeluruh. Remaja perlu lebih selektif supaya tidak menyesali perbuatannya. Terlebih, berhubungan seksual sebelum menikah yang dampaknya bukan hanya kehamilan, melainkan keguguran karena kondisi rahim belum kuat,” ungkap bidan Tini.
Pada materi ketiga, ia membahas tentang kesehatan gizi pada remaja. Selain stunting, ibu bidan menyampaikan imunitas sebagai sistem kekebalan tubuh yang berperan melawan serangan dari luar.
Ia menguraikan, sering kali remaja mengalami masalah gizi terkait imunitas seperti remaja kurus, gemuk, anemia, dan kurang energi kronis. Untuk menghindari anemia, remaja dapat mengonsumsi tablet tambah darah satu minggu sekali ataupun setiap hari selama menstruasi. Pesan lainnya, remaja menerapkan pola makan sehat disertai olahraga.
“Pemenuhan kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, prebiotik, sayur, buah, dan probiotik perlu ditingkatkan. Namun, konsumsi garam dan gula perlu diturunkan. Jangan biasakan makan makanan yang terlalu berlebihan rasa pedas, asin, gurih, ataupun manis. Zaman sekarang remaja lebih condong ke makanan tidak bergizi seperti seblak dan bakso,” ucap bidan Tini.
Para peserta sangat antusias mengikuti seluruh sesi materi dan tanya jawab. Peserta pun diminta menganalisis kondisi tubuhnya, terutama reproduksi dan gizi. Harapannya, pertemuan ini dapat menambah wawasan para peserta mengenai pentingnya menjaga kesehatan tubuh untuk jangka panjang.
Dengan penerapan pengetahuan yang telah didapat, para peserta diharapkan mampu membawa perubahan positif dalam mengelola keuangan masing-masing sehingga terwujud tubuh yang sehat. (*/Rz)