Panen Maggot Berlimpah! Program Rama PPK Ormawa Himasiter di Desa Sinarsari Sulap Sampah Organik Jadi Manfaat
Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat menerapkan pengelolaan sampah organik melalui program Ramah lingkungan (Rama) yang digagas oleh tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) IPB University.
Program ini merupakan inisiatif pertama yang memperkenalkan metode budi daya maggot di desa tersebut sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan sampah organik. Inisiatif ini berhasil mengubah tumpukan sampah organik yang selama ini dianggap sebagai masalah menjadi sumber daya yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan melalui budi daya maggot fdalam Rumah Camago (cacing dan maggot).
Maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) menjadi solusi inovatif yang diterapkan oleh program ini. Sampah organik, yang sebelumnya menumpuk di beberapa tempat, dikumpulkan dan diolah dengan bantuan maggot.
Ketua pengurus Rumah Camago, Munir, mengatakan “Pengangkutan sampah dilakukan tiga hari sekali, sampah organik diberikan kepada maggot dan sampah anorganik diangkut oleh truk sampah.”
Ia mengaku, larva ini sangat efisien dalam menguraikan bahan organik, mempercepat proses dekomposisi, sekaligus menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi. “Selain itu, maggot dewasa juga dapat dijadikan sumber pakan ternak yang tinggi protein, sehingga meningkatkan produktivitas peternakan lokal,” tuturnya.
Ketua program Rumah Camago, Ilham prasetyo, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan masyarakat Desa Sinarsari yang antusias dalam mengadopsi metode ini. “Kami sangat bersyukur atas keterlibatan warga. Mereka tidak hanya menerima manfaat dari program ini, tetapi juga aktif dalam proses pengelolaan sampah organik menjadi produk bernilai tambah,” kata ilham.
Hasil panen tim PPKO Himasiter bulan ini mencapai sekitar 30 kg. Hal ini merupakan langkah awal untuk memulai dan memberikan manfaat untuk ke depannya. Selain itu, pupuk organik yang dihasilkan sangat diminati oleh para petani lokal karena kaya akan nutrisi.
Namun, Ilham mengatakan, hasil yang diperoleh saat ini masih berada di bawah potensi maksimal yang seharusnya bisa dicapai. Hal ini disebabkan oleh belum meratanya pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan sampah organik sebagai bahan dasar pengembangan maggot.
Dalam upaya mengatasi tantangan ini, mahasiswa IPB University secara berkala melakukan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah organik. Tim juga berupaya membangun kesadaran bahwa pengelolaan sampah organik tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga mampu meningkatkan pendapatan ekonomi warga melalui hasil panen maggot dan pupuk organik.
Irma, salah satu warga Desa Sinarsari yang sudah terlibat dalam program ini, berbagi pengalamannya. “Awalnya saya tidak terlalu tertarik karena tidak paham apa itu maggot dan bagaimana caranya bisa bermanfaat. Namun, setelah ikut pelatihan dan melihat hasilnya, saya jadi tertarik untuk mengumpulkan sampah organik dan ikut untuk menyadarkan warga warga sekitar untuk membuang sisa makanan ke rumah camago” tutur Irma.
Ilham berharap, seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat, hasil panen maggot di masa mendatang akan semakin optimal. “Kami optimis bahwa program ini akan terus berkembang dan menjadi solusi berkelanjutan bagi pengelolaan sampah organik di Desa Sinarsari. Partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk mencapai hasil yang lebih maksimal,” pungkasnya. (*/Rz)