Pakar dari Berbagai Disiplin Ilmu Bahas Ketahanan Ekosistem Keberlanjutan di IPB University

Pakar dari Berbagai Disiplin Ilmu Bahas Ketahanan Ekosistem Keberlanjutan di IPB University

Pakar dari Berbagai Disiplin Ilmu Bahas Ketahanan Ekosistem Keberlanjutan di IPB University
Berita

Beragam pakar dari berbagai disiplin ilmu berhimpun untuk membahas ketahanan ekosistem keberlanjutan di simposium internasional IPB University. Acara dikemas dalam The 4th International Symposium on Transdisciplinary Approach for Knowledge Co-Creation in Sustainability (ISTAKCOS) 2024 dengan tema ‘Ecosystem Resilience for Sustainability and Social Justice’. Acara dilaksanakan secara hybrid di IPB International Convention Center, (2-3/10).

Dalam seminar ini, para pakar yang hadir dari dalam dan luar negeri itu menyampaikan kajian-kajian ketahanan ekosistem keberlanjutan yang dilihat dari berbagai sudut pandang keilmuan. Mulai dari kearifan lokal dan kehidupan sosial masyarakat, perencanaan pembangunan nasional, hingga bagaimana merekonsiliasi konflik antar generasi sehingga bagaimana tercipta ekosistem keberlanjutan.

ISTAKCOS tahun ini menghadirkan narasumber di antaranya adalah Andrew Scau (National University of Singapore/NUS), Prof Keishiro Hara (Center for Future Innovation/CFI Osaka University, Jepang) dan Dr Jarot Indarto (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Bappenas), Akbar Ario Digdo, MSi (YAPEKA Foundation), Prof Premana W Premadi (Ahli Astrofisika dan Kosmologi Institut Teknologi Bandung). Peserta yang hadir berasal dari berbagai negara seperti Filipina, Myanmar, Mesir, Pakistan, Uzbekistan, dan Indonesia.

Rektor IPB University, Prof Arif Satria pada simposium ini menyampaikan, ketahanan ekosistem merupakan hal mendasar dalam mengatasi tantangan keberlanjutan. Ia menyebut, ekosistem yang sehat dan berketahanan memberikan ekosistem penting yang mendukung kesejahteraan manusia, seperti udara dan air bersih, tanah subur, dan regulasi iklim.

“Di IPB University, keterlibatan publik-swasta berkontribusi penting terhadap tujuan ekosistem keberlanjutan. Misalnya, kolaborasi antara IPB University, sektor swasta, dan petani telah menghasilkan inisiatif yang bertujuan untuk pertanian berkelanjutan, teknologi pertanian cerdas, dan sistem produksi pangan ramah lingkungan,” ujarnya.

Saat ini, ia menyampaikan, IPB University telah menyentuh ke lebih dari 6,9 persen desa di Indonesia. Ini adalah bukti bahwa IPB University telah masuk ke desa-desa untuk menebar inovasi ke masyarakat luas termasuk memberikan pemahaman tentang aspek berkelanjutan.

Prof Damayanti Buchori, Kepala Pusat Kajian Sains Keberlanjutan dan Transdisiplin (PKSKT)/Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) – Lembaga Riset Internasional Lingkungan dan Perubahan Iklim (LRI LPI) IPB University menjelaskan terkait simposium ini. Ia menyampaikan, pendekatan transdisipliner menawarkan peluang untuk menemukan cara dan inovasi baru melalui pendekatan unik yang melampaui disiplin ilmu, mendobrak batasan ilmu pengetahuan dan pengetahuan lokal, institusi, dan budaya.

“Esensi inti dari transdisipliner adalah upaya kolaboratif untuk menghasilkan pengetahuan dan sains untuk mendukung kebijakan. Pendekatan holistik ini diharapkan dapat menghasilkan solusi komprehensif yang dapat diterima oleh seluruh pemangku kepentingan. Dengan bekerja sama dan mengadopsi solusi inovatif, kita dapat membangun masa depan yang lebih berketahanan dan berkelanjutan bagi semua orang: manusia, planet bumi, dan semua makhluk hidup di dalamnya,” ucapnya. (dh/Rz)