Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University Ciptakan Mas-Tion, Alat Deteksi Mastitis Berbasis IoT untuk Sapi Perah

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University Ciptakan Mas-Tion, Alat Deteksi Mastitis Berbasis IoT untuk Sapi Perah

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University Ciptakan Mas-Tion, Alat Deteksi Mastitis Berbasis IoT untuk Sapi Perah
Student Insight

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University berinovasi menciptakan alat Mas-Tion (Mastitis Detection), sebuah teknologi berbasis electric-optical sensor, machine learning, dan Internet of Things (IoT) yang dirancang untuk mendeteksi mastitis, penyakit yang sering menyerang sapi perah dan berdampak langsung pada kualitas serta kuantitas susu.

Inovasi ini dikembangkan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) yang berhasil lolos ke tahap pendanaan dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas), serta didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Tim PKM-KC Sekolah Vokasi IPB University merupakan kolaborasi antara Program Studi (Prodi) Teknologi dan Manajemen Ternak dan Prodi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak, yang beranggotakan Rizal Hakim (Project Coordinator), Aditya Rieyza Munif (Technical Artisan), Dhiyaurrahman Hamizan Haikal Putra (Designer and Social Media Strategist), Dzaky Fahri Hadafi (Programmer), Ukasyah Muhammad Syafiq (Public Relations) serta dibimbing oleh Medhanita Dewi Renanti SKom, MKom.

Mastitis merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab utama rendahnya produksi susu di Indonesia, yang saat ini hanya mampu memenuhi 19 persen dari kebutuhan nasional. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sisanya sebesar 81 persen harus diimpor.

“Kami mengembangkan Mas-Tion untuk membantu peternak mendeteksi mastitis lebih dini, sehingga produktivitas susu dapat meningkat,” ungkap Rizal Hakim, koordinator proyek.

Mas-Tion terdiri dari dua komponen utama, yaitu Mas-Tion Cam dan Mas-Tion Vity. Mas-Tion Cam mendeteksi mastitis klinis berdasarkan gejala fisik seperti pembengkakan dan suhu ambing yang naik. Sementara Mas-Tion Vity mendeteksi mastitis subklinis melalui pengukuran konduktivitas susu.

“Kedua alat ini dirancang untuk memudahkan peternak dalam memantau kondisi sapi mereka setiap hari,” jelas Rizal Hakim lebih lanjut.

Alat ini juga memiliki keunggulan dari segi akurasi—yakni 96 persen untuk deteksi mastitis subklinis dan 98 persen untuk deteksi klinis—yang lebih tinggi dibandingkan metode konvensional seperti California Mastitis Test (CMT), yang sering kali dinilai subjektif.

“Dengan teknologi ini, kami berharap dapat membawa perubahan besar di industri peternakan sapi perah Indonesia,” tambahnya.

Saat ini, Mas-Tion masih dalam tahap pengembangan prototipe, dan tim berharap inovasi ini bisa mendapat dukungan lebih lanjut dari berbagai pihak untuk segera dikomersialisasikan. “Kami berharap alat ini bisa segera digunakan secara luas oleh peternak sapi perah di Indonesia,” pungkas Rizal Hakim. (ASW/Rz)