ITAPS FEM IPB University Dukung Peningkatan Ekspor Pertanian Indonesia Melalui Inovasi dan Hilirisasi

ITAPS FEM IPB University Dukung Peningkatan Ekspor Pertanian Indonesia Melalui Inovasi dan Hilirisasi

ITAPS FEM IPB University Dukung Peningkatan Ekspor Pertanian Indonesia Melalui Inovasi dan Hilirisasi
Berita

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan ekspor pertanian untuk mendukung perekonomian negara. Salah satu upaya strategis yang tengah dijalankan adalah melalui hilirisasi sektor pertanian, yang dihadirkan dalam Dialog Kebijakan Gambir Trade Talk (GTT) ke-16 di Jakarta (17/10).

Forum ini diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan International Trade Analysis and Policy Studies Fakultas Ekonomi dan Manajemen (ITAPS) IPB University.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Dr Irfan Syauqi Beik, membuka acara ini dengan menyatakan pentingnya sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Namun, tantangan yang dihadapi cukup kompleks,” katanya.

Salah satu isu yang diangkat adalah tingginya usia rata-rata petani yang kini mencapai 60 tahun, yang memerlukan inovasi seperti sistem pertanian berbasis teknologi untuk mengatasi masalah tersebut.

Sektor hilirisasi pertanian menjadi sorotan utama dalam forum ini. Dr Sahara, Direktur ITAPS FEM IPB University, menjelaskan pentingnya hilirisasi untuk mengubah komoditas mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

“Jika kita mengekspor kopi mentah, nilainya jauh lebih rendah dibandingkan jika kita mengekspor kopi olahan premium,” ujarnya.

Ia melanjutkan, hilirisasi berfokus pada pengolahan produk pertanian, seperti pengolahan kelapa sawit dan produk perikanan, untuk meningkatkan nilai tambah dan membuka akses pasar yang lebih luas. Misalnya, produk kelapa sawit yang diolah menjadi kosmetik memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan crude palm oil (CPO) mentah.

“IPB University juga berperan aktif dalam menciptakan inovasi di sektor pertanian dengan membuka Program Studi (Prodi) Smart Agriculture, yang memanfaatkan teknologi terkini untuk memajukan pertanian,” jelasnya.

Selain teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian juga sangat penting. IPB University, melalui Prodi Kecerdasan Buatan (AI) di Sekolah Sains Data, Matematika dan Informatika, bertujuan menciptakan tenaga ahli yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Di tingkat global, ia melanjutkan, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal kompleksitas ekspor dibandingkan dengan negara-negara seperti Tiongkok dan Vietnam. Meskipun Indonesia merupakan penghasil komoditas utama seperti kelapa sawit dan kopi, produk-produk tersebut belum diolah secara maksimal, sehingga nilai tambah yang dihasilkan masih rendah.

Dalam hal ini, hilirisasi produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan komparatif di masing-masing daerah dapat meningkatkan struktur industri dan pemerataan ekonomi.

“Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor hilirisasi. Namun untuk mencapainya, kita perlu memastikan regulasi yang lebih baik dan teknologi yang memadai,” tambah Dr Sahara.

Ke depan, menurutnya hilirisasi produk pertanian yang mengutamakan keberlanjutan dan adopsi teknologi hijau akan menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

“Melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha, diharapkan sektor pertanian Indonesia dapat berkembang pesat, mengatasi tantangan struktural, dan mencapai visi Indonesia Emas 2045,” tandasnya. (MW/Rz)