Dukung Industri Ikan Sidat, Dosen FPIK IPB University Beri Pelatihan Budi Daya, Konservasi hingga Pengolahan

Dukung Industri Ikan Sidat, Dosen FPIK IPB University Beri Pelatihan Budi Daya, Konservasi hingga Pengolahan

Dukung Industri Ikan Sidat, Dosen FPIK IPB University Beri Pelatihan Budi Daya, Konservasi hingga Pengolahan
Berita

Sejumlah dosen IPB University tim Kedaireka Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang diketuai oleh Dr Agus Oman Sudrajat mengadakan pelatihan dan sosialisasi reka cipta dengan tema ‘Penerapan Rekacipta Teknologi Penangkapan, Budi Daya, Konservasi dan Pengolahan Ikan Sidat untuk Mendukung Industri Ikan Sidat Berkelanjutan’. Kegiatan berlangsung di Hotel Karang Sari, Palabuhan Ratu, beberapa waktu lalu.

Dr Ronny Irawan Wahju memberikan materi tentang penangkapan sidat dan sistem transportasi sidat. Ia menjelaskan bahwa sidat atau glass eel yang telah ditangkap perlu mendapatkan penanganan agar tidak stres saat akan dibudidayakan.

“Kesalahan atau kelalaian dalam penanganan benih pasca penangkapan atau benih yang baru dibeli dari pengumpul akan berisiko tinggi, yakni kematian yang terjadi pada awal pemeliharaan (delay mortality),” ujarnya.

Sementara, Dr Mukhlis Kamal menekankan pentingnya konservasi sidat. Menurutnya, ikan sidat perlu dilakukan konservasi untuk mencegah kepunahan. Pasalnya, ikan sidat memiliki siklus hidup yang rumit, sementara tingkat pemanfaatannya yang tinggi. Faktor lainnya, ikan sidat saat ini masih sepenuhnya tergantung pada hasil tangkapan di alam, serta pertumbuhan ikan yang lambat.

Salah Guru Besar IPB University yang ikut terlibat, Prof Mala Nurilmala, memberikan materi tentang diversifikasi dan pengolahan ikan sidat. Ia membeberkan kandungan gizi pada ikan sidat meliputi vitamin A, B1, B2, B6, C, D, protein, dan omega-3.

“Daging dapat diolah menjadi kabayaki bumbu semur, kabayaki bumbu rujak dan dimsum. Sisa tulang maupun kepala ikan sidat juga dimanfaatkan untuk diolah menjadi kaldu ikan, sehingga dapat memenuhi prinsip zero waste processing,” ungkapnya.

Terkait budi daya ikan sidat, Dr Agus Oman Sudrajat juga menjelaskan bahwa budi daya ikan sidat yang baik adalah dimulai dengan pemeliharaan glass eel hingga menjadi elver. Pembudi daya harus memerhatikan wadah pendederan, media pemeliharaan, kondisi benih, pakan, dan manajemen pemeliharaannya.

Selanjutnya, Dr Tatag Budiardi menyampaikan materi terkait pendederan dan pembesaran ikan sidat. “Glass eel harus beradaptasi dari lingkungan laut ke lingkungan perairan daratan yang berbeda salinitasnya. Kondisi yang demikian mengharuskan pembudi daya menangani glass eel dengan penuh kehati-hatian, agar glass eel dapat hidup dengan normal,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Johan, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi mengungkap, “Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat menjadi lebih tahu bagaimana cara penangkapan hingga pengolahan sidat, sehingga ikan sidat diharapkan dapat menjadi komoditas yang dapat diunggulkan di Sukabumi.”

Adapun, pelatihan pengolahan ikan sidat dilakukan di Stasiun Lapang Kelautan (SLK) FPIK IPB University. Eneng, salah satu peserta dalam pelatihan ini menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat. Ia juga menyampaikan bahwa masyarakat bisa mendapatkan bahan baku lebih mudah sehingga mereka dapat menggunakan ilmu yang didapatkan untuk mulai mengolah ikan sidat menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual. (*/Rz)