Dosen Pulang Kampung IPB University Teliti Distribusi Populasi Ikan Invasif Red Devil di Danau Toba

Dosen Pulang Kampung IPB University Teliti Distribusi Populasi Ikan Invasif Red Devil di Danau Toba

Dosen Pulang Kampung IPB University Teliti Distribusi Populasi Ikan Invasif Red Devil di Danau Toba
Berita

Tim dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) melalui program Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) melakukan penelitian distribusi dan kelimpahan populasi ikan invasif red devil atau tayo-tayo di perairan Danau Toba. Penelitian tersebut berlangsung sejak bulan April hingga Oktober 2024. Tim dosen beranggotakan Prof Jonson Lumban-Gaol, Dr Charles P H Simanjuntak, Prof Vincentius V Siregar, dan Dr Dinar Tri Soelistyowati.

Salah satu dosen IPB University, Dr Charles Simanjuntak, mengatakan, penelitian ini dilakukan sebagai upaya awal untuk mengendalikan populasi ikan red devil yang ditengarai telah menyebar luas di hampir seluruh perairan Danau Toba. Ia menyebut, meledaknya populasi red devil telah meresahkan masyarakat nelayan di pinggiran Danau Toba.

“Kami melakukan survei distribusi ikan red devil di perairan Danau Toba, meliputi lima kabupaten yaitu Kabupaten Toba, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Simalungun,” ujar Dr Charles.

Dosen IPB University itu menjelaskan, ikan yang ditemukan selama survei terdiri atas tujuh spesies dari lima famili. Ikan yang paling melimpah dan dominan ditemukan di seluruh lokasi sampling adalah ikan red devil (Amphilophus citrinellus) dari berbagai ukuran.

“Temuan kami ini mengindikasikan bahwa ikan red devil yang sebenarnya bukan ikan asli (alien species) Danau Toba karena berasal dari Nicaragua, telah mampu mengembangkan populasinya secara masif di perairan Danau Toba,” ujar Dr Charles, Iktiologis dari FPIK IPB University.

Selama penelitian ini, tim Dospulkam IPB University ini juga menemukan spesies ikan asli Danau Toba seperti ikan Batak (Neolissochilus soro) dan ikan manggabai (Glossogobius giuris). Satu spesies ikan yang pernah menjadi primadona pada kurun waktu 2003-2013, yakni ikan Mystacoleucus padangensis atau disebut juga ikan pora-pora, berhasil ditemukan di beberapa anak sungai (inlet Danau Toba). Padahal, ikan ini dianggap telah punah di Danau Toba semenjak tahun 2016.

Menurut Dr Charles, ikan red devil yang melimpah dan menyebar luas di perairan Danau Toba disebabkan beberapa alasan, seperti tidak adanya predator alami spesies ini di Danau Toba yang mengendalikan populasi ikan red devil. Ia juga menyebut, ikan red devil bersifat omnivora dan cenderung karnivora, sehingga dapat memanfaatkan semua relung makanan yang tersedia. Bahkan, katanya, spesies ini ditemukan mengonsumsi anak ikan spesies lainnya.

“Ikan red devil bersifat agresif, membangun teritori, menjaga sarangnya, dan memijah sepanjang tahun. Alhasil membuat rekrutmen ikan ini sangat cepat. Di samping itu, masyarakat di sekitar Danau Toba tidak terlalu menggemari ikan ini karena duri yang tajam dan daging yang tipis, sehingga lebih banyak ditangkap untuk dijadikan pakan ternak,” kata Dr Charles.

Sampai saat ini, ia melanjutkan, pemanfaatan ikan red devil sebagai bahan makanan berupa produk olahan seperti bakso ikan dan kerupuk ikan masih sangat terbatas. Hal ini mendorong tingkat pertumbuhan populasi ikan red devil yang terus menanjak naik karena kurangnya penangkapan (fishing effort) untuk keperluan sehari-hari.

Dr Charles menyebut, penelitian ini masih berupa studi pendahuluan. “Kami sudah merancang kajian berikutnya yang bukan saja fokus kepada aspek bioekologi ikan red devil, melainkan kami juga akan melakukan kajian pengendalian populasi ikan red devil, interaksi antar populasi ikan penghuni Danau Toba saat ini, dan pemanfaatan ikan red devil untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di sekitar Danau Toba.”

“Kami melihat bahwa ikan red devil dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan sumber protein hewani untuk mengurangi angka stunting anak-anak di sekitar Danau Toba,” tutur Dr Charles. (*/ra)