Dewan Guru Besar IPB University Kupas Pemetaan Angkatan Kerja Sektor Agromaritim

Dewan Guru Besar IPB University Kupas Pemetaan Angkatan Kerja Sektor Agromaritim

Dewan Guru Besar IPB University Kupas Pemetaan Angkatan Kerja Sektor Agromaritim
Riset

Dewan Guru Besar (DGB) IPB University kembali menggelar webinar bertajuk ‘Pemetaan Kebutuhan Ketenagakerjaan Agromaritim Hulu’ pada Rabu (9/10). Webinar ini menghadirkan sejumlah narasumber dari IPB University dan sektor swasta untuk membahas tantangan dan peluang dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja di sektor agromaritim.

Dalam diskusi tersebut, para ahli menyoroti pentingnya modernisasi dan inovasi dalam sektor hortikultura, peternakan, serta perikanan, agar dapat mengatasi berbagai hambatan yang ada.

Prof Awang Maharijaya, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, memaparkan tantangan utama dalam sektor hortikultura Indonesia, yang masih bergantung pada impor, terutama dalam hal benih dan komponen produksi.

Ia menekankan bahwa selain meningkatkan teknologi dalam pertanian, sektor ini juga membutuhkan tenaga kerja terlatih. Namun, saat ini hanya sekitar 5-10 persen dari tenaga kerja yang memiliki keterampilan tinggi.

“Hanya 5-10 persen tenaga kerja hortikultura yang memiliki keterampilan tinggi, sementara kebutuhan akan tenaga terlatih semakin mendesak untuk mengatasi tantangan di sektor ini,” tambahnya.

Hal ini membuka peluang besar bagi generasi muda untuk berkarier di sektor hortikultura, yang berpotensi mendukung ketahanan pangan dan ekspor Indonesia ke pasar global.

Sementara itu, Prof Nahrowi, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University mengungkapkan tantangan besar di sektor peternakan, terutama terkait dengan kualitas sumber daya manusia (SDM).

“Peternakan kita tertinggal jauh dari negara tetangga, salah satunya disebabkan oleh SDM yang kurang berkualitas,” katanya.

Mayoritas pekerja di sektor ini masih berpendidikan rendah, dengan hanya sekitar 2 persen lulusan sarjana yang terlibat. Untuk itu, ia mengusulkan agar para lulusan perguruan tinggi diberi pelatihan khusus agar siap bekerja di sektor hulu peternakan.

Selain itu, Prof Nahrowi juga menyoroti pentingnya integrasi sektor peternakan dengan perkebunan sawit dan kehutanan untuk mendukung ketahanan pangan.

“Jika kita bisa memanfaatkan 10 persen dari 16,8 juta hektare lahan sawit, peternakan dapat berkembang pesat,” ungkapnya.

Dalam sektor perikanan, khususnya budi daya udang, Ir Mukhlis Bahrainy, CEO PT Pachira Group, mengungkapkan perlunya tenaga kerja profesional untuk memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada petani tambak.

“Pemerintah harus memberikan tenaga kerja profesional di bidang perikanan tambak ini,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya pendidikan yang relevan dan berfokus pada keterampilan praktis yang dapat diterapkan langsung di lapangan.

“Jika sektor ini dikelola dengan baik, dalam waktu sepuluh tahun, kebutuhan tenaga kerja di sektor budi daya udang bisa meningkat hingga 400.000 orang,” pungkas dia.

Diskusi dalam webinar ini memperjelas bahwa untuk menghadapi tantangan di sektor agromaritim, Indonesia memerlukan tenaga kerja yang tidak hanya cukup jumlahnya, tetapi juga berkualitas dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mekanisasi.

“Yang dibutuhkan bukan hanya jumlah tenaga kerja terdidik, tetapi kualitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan industri,” kata Dr Dwi Asmono, Research and Development Director PT Sampoerna Agro, yang turut menjadi narasumber.

Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan untuk terus menyesuaikan kurikulumnya dengan kebutuhan dunia industri agar lulusan dapat siap terjun langsung, termasuk di daerah-daerah produksi yang membutuhkan tenaga terampil. (MW/Rz)