Departemen BDP IPB University Tingkatkan Pengetahuan Pembudi Daya Ikan Danau Toba
Departemen Budidaya Perairan (BDP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mengadakan Workshop and Stadium Generale on Resilient Aquaculture di Hotel Swiss-Belinn Gajah Mada, Medan, Sumatera Selatan. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan Pusat Unggulan Antar Perguruan Tinggi (PUAPT) yang berkolaborasi dengan Nila Breeding Center (NBC). Pada workshop ini, turut hadir para pembudi daya ikan di Danau Toba.
Benizar Husni, SH, LLM selaku manajer dari NBC menjelaskan background dari Sumatera Eye Centre (SMEC) Group. Selain berkutat pada usaha di bidang kesehatan, SMEC juga membentuk beberapa usaha di luar bidang kesehatan seperti agrikultur, skincare, makanan dan lain-lain.
“Terima kasih kepada seluruh narasumber atas ilmu yang disampaikan. Semoga kegiatan seperti ini dapat diadakan secara rutin dan jika memungkinkan dilakukan riset secara bersama-sama,” ujarnya.
Dekan FPIK IPB University, Prof Fredinan Yulianda berharap workshop seperti ini dapat memajukan dunia akuakultur, terutama pada komoditas ikan nila. “Harapannya, IPB University dapat menjadi role model untuk universitas lain untuk mengadakan workshop terkait budi daya ikan dari hulu hingga hilir,” ucapnya.
Prof Muhammad Agus Suprayudi menerangkan, dalam workshop ini akan diulas tiga komponen utama akuakultur yang dapat digunakan sebagai faktor penentu, yakni bibit, diseases, dan cost production atau pakan. Ia berharap dengan adanya workshop ini, permasalahan yang muncul dapat diatasi.
Salah satu narasumber, Dr Goshi Kato menjelaskan bahwa kerugian terbesar dalam faktor akuakultur disebabkan oleh penyakit. Ia menyebut, penggunaan vaksin dapat menurunkan tingkat kerusakan dan menurunkan penggunaan antibiotik.
“Gamma-irradiated vaccine dapat digunakan untuk degenerasi protein dan membrane. Dengan demikian, tidak ada metabolic activity sehingga dapat digunakan untuk induksi humoral immunity,” ungkapnya.
Sementara itu, Fajar Maulana, SPi, MSi salah satu dosen IPB University menjelaskan bahwa metode seleksi induk relative sederhana dan dapat dilakukan sambil produksi. Calon induk terbaik masing-masing diambil 5-10 persen dan dipijahkan kembali akan menghasilkan anakan yang baik.
Narasumber lain, Dr Hasan Nasrullah memaparkan tentang investasi bagi ketahanan akuakultur melalui pakan aditif. Transformasi pakan menjadi good feed dapat dicapai dengan penggunaan feed additives. Ia menuturkan, terdapat empat faktor pakan yang baik, yaitu good for environment, good for fish, good for business dan good for consumers.
Dalam kesempatan itu, Prof Dedi Jusadi menjelaskan empat faktor penentu produksi ikan, yaitu pakan, penyakit, kualitas air, dan ikan. Compensatory growth atau kompensasi pakan, dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu. “Laju pengosongan lambung ikan untuk memaksimalkan titik lapar ikan. Ketika pemberian pakan dinormalkan maka pertumbuhannya akan melesat,” paparnya. (*/Rz)