Optimalisasi Singkong sebagai Bisnis BUMDes: Pendekatan Data Desa Presisi Jadi Kunci

Optimalisasi Singkong sebagai Bisnis BUMDes: Pendekatan Data Desa Presisi Jadi Kunci

Optimalisasi Singkong sebagai Bisnis BUMDes Pendekatan Data Desa Presisi Jadi Kunci
Berita

Dr Sofyan Sjaf, Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University menjelaskan, melalui pendekatan Data Desa Presisi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bergerak dalam usaha singkong dapat bertransformasi menjadi entitas ekonomi yang kuat dan berdaya saing. Dengan data yang tepat dan strategi yang terukur, BUMDes diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara signifikan.

Hal tersebut ia sampaikan dalam paparan mendalam di sebuah webinar bertema ‘Meningkatkan Nilai Tambah Singkong sebagai Bisnis BUMDes’, Kamis (29/8). Webinar ini merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Masyarakat Singkong Indonesia, bertujuan untuk mengeksplorasi potensi singkong dalam konteks pengembangan BUMDes.

Dalam pemaparannya, Dr Sofyan menyoroti pentingnya pendekatan Data Desa Presisi sebagai kunci untuk mengoptimalkan bisnis berbasis singkong. Ia mengurai, Data Desa Presisi adalah metodologi inovatif yang mengumpulkan data secara menyeluruh dan rinci mengenai kondisi ekonomi dan sosial di tingkat desa.

“Data Desa Presisi memberikan kita kemampuan untuk melakukan pemetaan yang akurat mengenai potensi ekonomi desa, termasuk potensi singkong yang belum tergali,” ujar sosok di balik inovasi Data Desa Presisi ini.

Sebanyak 2.188 BUMDes di Indonesia telah didirikan. Namun data menunjukkan bahwa 1.670 BUMDes yang beroperasi masih belum menunjukkan kontribusi ekonomi yang signifikan. Menurut Dr Sofyan, pendekatan berbasis data ini sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut.

“Berdasarkan data yang kami kumpulkan, kami menemukan bahwa banyak BUMDes beroperasi dengan kurang optimal karena tidak adanya pemahaman yang mendalam tentang potensi lokal mereka. Dengan Data Desa Presisi, kita dapat mengidentifikasi dan memanfaatkan potensi ekonomi yang selama ini terabaikan,” jelasnya.

Data yang diperoleh dari pendekatan ini juga menunjukkan ketimpangan ekonomi dan tingkat pengangguran yang tinggi di desa-desa. Dr Sofyan menekankan, “Data ini mengungkapkan hubungan langsung antara kemiskinan, pengangguran, dan rendahnya pembangunan manusia. Dengan data yang akurat, kita bisa mengidentifikasi masalah dengan lebih jelas dan merumuskan solusi yang lebih efektif.”

Dalam konteks singkong, ia menuturkan, pendekatan Data Desa Presisi memungkinkan identifikasi potensi produksi dan pasar yang lebih baik. Singkong, sebagai sumber pangan dan energi, memiliki potensi besar untuk mendongkrak perekonomian desa jika dikelola dengan baik.

“Dengan pendekatan data ini, kita dapat melihat bahwa singkong bukan hanya bahan pangan tetapi juga komoditas ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi jika diproses secara tepat,” ungkap Dr Sofyan.

Dia juga menggarisbawahi perlunya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, masyarakat, dan sektor swasta.

“Kolaborasi yang erat antara desa dan berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk membangun BUMDes yang efektif dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang investasi finansial tetapi juga tentang berbagi pengetahuan dan sumber daya,” tegasnya. (MW/Rz)