Mahasiswa IPB University Beri Pelatihan Persemaian Biointensif dan Instrumentasi Iklim bagi Warga Cibunian

Mahasiswa IPB University Beri Pelatihan Persemaian Biointensif dan Instrumentasi Iklim bagi Warga Cibunian

Mahasiswa IPB University Beri Pelatihan Persemaian Biointensif dan Instrumentasi Iklim bagi Warga Cibunian
Student Insight

Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (Himagreto) IPB University melalui tim pelaksana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) mengadakan pelatihan persemaian dan instrumentasi bagi masyarakat Cibunian, Bogor, Jawa Barat (22/9). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam bidang persemaian dan pemanfaatan instrumentasi meteorologi.

Dalam kesempatan ini, Achmad Nur, mahasiswa IPB University sekaligus perwakilan tim PPK Ormawa Himagreto, memperkenalkan metode persemaian biointensif. Ia menyebut, metode tersebut fokus pada efisiensi penggunaan lahan dan peningkatan kualitas bibit.

Ia menerangkan, dalam praktiknya, masyarakat belajar cara memilih benih unggul, menyiapkan media tanam, serta teknik penyemaian dan perawatan bibit agar menghasilkan tanaman yang kuat dan tahan hama. “Dengan teknik biointensif ini, kita bisa menghasilkan bibit yang lebih sehat dan kuat, sekaligus menjaga kesuburan tanah secara alami,” kata Achmad Nur.

Sementara, Luluk, mahasiswa IPB University dari Program Studi Meteorologi Terapan, menjelaskan terkait alat-alat penting yang digunakan untuk memantau kondisi cuaca dan iklim lokal. Beberapa alat yang dikenalkan antara lain ombrometer.

Luluk mengatakan, ombrometer merupakan alat pengukur curah hujan yang penting untuk mengetahui tingkat irigasi yang diperlukan oleh tanaman. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur curah hujan harian dan mingguan sehingga masyarakat dapat memantau secara real-time.

Alat yang dikenalkan berikutnya adalah hygrometer. Hygrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara. “Kelembaban udara memengaruhi kebutuhan air bagi tanaman, terutama di musim kering. Oleh karena itu, penting untuk memahami tingkat kelembaban guna mencegah kekeringan yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman,” kata Luluk.

Adapun Asep, yang juga mahasiswa IPB University, menjelaskan tentang penggunaan website Automatic Weather Station (AWS). Melalui website tersebut, kata dia, kita dapat mengakses data cuaca real-time.

“Masyarakat diajarkan untuk membaca data seperti curah hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Informasi ini sangat membantu masyarakat dalam menentukan waktu tanam yang tepat serta mengantisipasi kondisi cuaca ekstrem yang bisa merusak tanaman,” kata Asep.

Salah satu peserta, Ratih mengatakan, “Kegiatan ini membantu saya mengetahui tentang bagaimana cara persemaian yang baik pada media tanam dan bagaimana penentuan pola tanam serta irigasi melalui pengukuran cuaca.”

Ia berharap, melalui kegiatan pelatihan persemaian dan instrumentasi meteorologi diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat Cibunian dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan meningkatkan produktivitas pertanian.

Dengan penerapan teknik persemaian biointensif dan penggunaan alat instrumentasi meteorologi, masyarakat dapat melakukan perencanaan tanam yang lebih baik dan efisien. Pelatihan ini juga diharapkan dapat terus berlanjut untuk memperkuat kapasitas petani di masa depan.