IPB Strategic Talk 45th, Rektor IPB University Bahas Pendidikan Inklusif untuk Indonesia Maju 2045
Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik (DKSRA) IPB University kembali menggelar IPB Strategic Talks ke-45 dengan tema ‘Pendidikan Inklusif untuk Mewujudkan Indonesia Maju 2045’.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University sebagai keynote speaker acara tersebut, mengungkapkan pentingnya pendidikan yang holistik dalam mencapai cita-cita Indonesia sebagai negara empat besar dunia.
“Untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045, kita perlu fokus pada pendidikan yang holistik. Ini bukan hanya tentang gross domestic product (GDP) per kapita, tetapi juga tentang memanfaatkan potensi inovasi dan sumber daya manusia (SDM) unggul, ujar Prof Arif dalam acara yang berlangsung di IPB International Convention Center (IICC), Bogor ini.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang diperkirakan akan mencapai titik terendah rasio ketergantungan pada periode 2028-2031. “Ini adalah momen penting bagi kita untuk belajar dari negara-negara seperti China, Korea Selatan, dan Jepang yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk keluar dari middle-income trap,” tambahnya.
Namun, Prof Arif menegaskan bahwa tantangan besar yang dihadapi adalah disrupsi dari perkembangan teknologi yang pesat. Karena itu, menurutnya sektor pendidikan harus beradaptasi dengan kecepatan perkembangan teknologi.
Saat ini, ia melanjutkan, menurut LinkedIn sekitar 60 persen keterampilan yang diajarkan sudah tidak relevan untuk masa depan. Maka dari itu, sistem pendidikan juga perlu fokus pada keterampilan kognitif dan sosial yang kini lebih penting.
Ia juga menekankan perlunya transformasi sistem pendidikan global. Misalnya, Australia telah merespons tantangan era digital dengan menciptakan tipologi kampus yang dapat beradaptasi dengan kebutuhan zaman.
“Di Indonesia, meskipun angka partisipasi siswa terus meningkat, kesenjangan masih terlihat di tingkat prasekolah dan pendidikan tinggi. Infrastruktur sekolah yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar, terutama di tingkat sekolah menengah,” ungkapnya.
Karena itu, Prof Arif menegaskan pentingnya evaluasi total terhadap sistem pendidikan nasional. “Pendidikan holistik adalah kunci. Pendekatan ini harus mencakup semua aspek perkembangan individu, baik intelektual, emosional, sosial, spiritual, maupun fisik,” katanya.
“Penting untuk membangun mindset masa depan dan mindset berkelanjutan, sebuah prinsip yang dimiliki pembelajar unggul,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa akses pendidikan harus terbuka untuk semua orang, sesuai dengan prinsip SDGs, yakni ‘no one left behind’.
“Proses penataan di pra sekolah, menengah hingga perguruan tinggi dijadikan sebagai sebuah rangkaian untuk membentuk cara berpikir dan karakter,” kata dia.
Sebagai penutup, Prof Arif menegaskan, “Kita harus memikirkan pembangunan pendidikan sebagai persoalan bersama. Hanya dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan kita bisa menjadikan Indonesia sebagai trendsetter masa depan.”
Diskusi panel sebagai acara inti turut dihadiri oleh enam panelis dari pihak akademisi, instansi pendidikan, swasta, dan pemerintah. Termasuk di dalamnya adalah Dr Oscar O Wambrauw dari Universitas Cendrawasih Papua, Prof Riri Fitri Sari dari UI Green Metric World University Ranking, Dr Rina Mardiana Wakil Kepala Badan Bidang Pengembangan Reputasi dan Kampus Berkelanjutan IPB University.
Hadir pula Dr Purwanto Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Dr Herman Suryatman Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, dan Dr Suyoto Vice President I United in Diversity. Mereka membahas isu sistem pendidikan dan langkah strategis untuk mencapai pendidikan inklusif yang lebih merata dan berkualitas.
Acara yang berlangsung secara hybrid ini sekaligus menandai agenda penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) dengan Universitas Cendrawasih Papua dan UIN Raden Inten Lampung. (MW/Rz)