Sekolah Keluarga Berkualitas IPB University Tekankan Konsep Pentingnya Ketahanan Keluarga di Desa Cibanteng
Pentingnya ketahanan keluarga menjadi tema yang diusung pada pertemuan keenam rangkaian kegiatan Sekolah Keluarga Berkualitas (SKB) IPB University. Kegiatan diselenggarakan pada Selasa, (30/7) di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Acara ini merupakan salah satu program integrasi yang diadakan oleh Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB University dan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) bersama dengan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi IPB University.
Guru Besar IPB University, Prof Euis Sunarti hadir sebagai pemateri utama. Ia memaparkan materi terkait pentingnya ketahanan keluarga. Menurutnya, penguatan keluarga menjadi salah satu elemen yang penting dan tidak boleh diabaikan dalam upaya mencapai kesejahteraan keluarga.
“Hal yang menjadi latar belakang dari ketahanan keluarga itu penting adalah adanya adanya kondisi ekonomi yang tinggi dan keluarga yang bahagia tidak menjamin memiliki keluarga yang berketahanan dan sejahtera pada episode kehidupan selanjutnya,” tutur Prof Euis.
Artinya, lanjut Prof Euis, dalam kehidupan keluarga akan selalu muncul suatu masalah. “Harapan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kekecewaan jika tidak dikelola dengan baik. Hal ini bisa menyebabkan konflik, rasa tidak puas, kelelahan, bahkan perceraian dalam keluarga,” imbuhnya.
Ia menyebut, kemunculan berbagai masalah ini dapat memicu penurunan beberapa fungsi penting dalam keluarga, seperti pendidikan, pengawasan, dan perlindungan terhadap anak. Kondisi keluarga yang senantiasa mengalami transisi ini harus diperlukan pengelolaan yang baik, salah satunya ialah memahami konsep ketahanan keluarga.
“Ketahanan keluarga didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengelola sumber daya keluarga seperti pengetahuan, keterampilan memasak, waktu, pikiran, perhatian, finansial/ekonomi, serta kemampuan untuk mengatasi masalah, seperti perbedaan keinginan dengan kenyataan serta tantangan dalam mengasuh anak,” jelasnya.
Prof Euis turut menjelaskan bahwa terdapat dua komponen penting dalam ketahanan keluarga yang harus dipahami. Pertama, pendekatan sistem yang mencakup komponen input, proses, dan output. Kedua, pendekatan laten yang mencakup aspek fisik, psikologis, dan sosial dalam keluarga.
Pemaparan materi juga dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan alat peraga ‘Rumah’ yang merupakan analogi dari lingkup ketahanan keluarga. Pada setiap bagian rumah melambangkan elemen penting dari ketahanan keluarga.
Setelah materi disampaikan, beberapa perwakilan ibu-ibu juga antusias untuk melakukan evaluasi materi dan menyampaikan kembali materi yang telah dipaparkan. Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak keluarga yang menyadari pentingnya ketahanan keluarga dan berusaha untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. (*/Rz)