Peringati 50 Tahun Berdiri, PSP3 IPB University Gelar Seminar Industrialisasi Kawasan Agromaritim
Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPB University menggelar Seminar Industrialisasi Kawasan Agromaritim untuk Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Pedesaan di IPB International Convention Center (IICC), Bogor (15/8). Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati ulang tahun ke-50 PSP3 IPB University.
Dalam sambutannya, Kepala PSP3 IPB University, Dr Jaenal Effendi, menjelaskan bahwa visi PSP3 mencerminkan harapan besar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan, melalui pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Hal ini, kata dia, dapat dicapai dengan pendekatan pembangunan berbasis kawasan yang memanfaatkan potensi dan keunggulan sumber daya lokal.
“Kata kunci industrialisasi kawasan agromaritim mengacu pada peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari produk unggulan lokal di sektor pertanian dan kelautan. Upaya ini didukung oleh integrasi lanskap daratan dan bentang laut sebagai negara kepulauan, di mana masyarakat menggabungkan mata pencaharian di darat dan laut,” ucapnya.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria yang turut hadir mengatakan bahwa pada tahun 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Tahun itu, sebanyak 46,19 persen penduduk berada dalam usia produktif.
Ia menuturkan, “Sebagai perguruan tinggi yang berfokus pada agromaritim, IPB University berperan penting dalam memanfaatkan potensi ini untuk memperkuat sumber daya manusia (SDM) berbasis inovasi, yang dapat menjadikan Indonesia negara yang lebih besar.”
“Industri agromaritim saat ini telah memasuki fase 4.0, yang menuntut integrasi antara sektor agromaritim dan teknologi informasi,” ucapnya.
Prof Arif melanjutkan bahwa terjadinya pertumbuhan ekonomi tinggi harus disertai dengan partisipasi masyarakat secara luas dan pengurangan kesenjangan sosial.
Oleh karena itu, proses industrialisasi, terutama di sektor riil, perlu didorong untuk membuka peluang bagi masyarakat agar terlibat dalam kegiatan ekonomi.
“Transformasi sosial dan ekonomi harus berjalan beriringan. Industri di kawasan agromaritim hanya mendorong transformasi ekonomi tanpa mengikutsertakan masyarakat dalam proses industrialisasi. Mengindustrikan artinya masyarakat turut terlibat menjadi learning society yang mengambil peran untuk kemajuan, inilah yang harus kita lakukan,” tuturnya.
Pada kesempatan sama, Guru Besar IPB University, Prof Rachmat Pambudy, mengatakan bahwa industrialisasi dan rantai pangan global bukanlah hal baru bagi Indonesia.
Menurutnya, “Dua faktor ini memungkinkan penjajah Belanda bertahan di Indonesia selama ratusan tahun. Sebagai negara dengan wilayah laut terbesar di dunia dan pantai tropis terpanjang, Indonesia memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan, meskipun teori pembangunan sudah banyak tersedia.”
“Pangan adalah soal hidup dan mati bagi bangsa ini. Oleh karena itu, kita harus membangun ketahanan pangan. Ketika Indonesia merdeka, visi utama adalah mencapai swasembada beras. Presiden pertama kita mendirikan IPB University ini karena menyadari pentingnya kualitas SDM untuk kesejahteraan bangsa,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini juga mengundang berbagai narasumber, yakni Presiden Direktur PT CIMB Auto Finance, Ristiawan Suherman; Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, ST, MT; Direktur Utama Perum BULOG, Prof Bayu Krisnamurthi; Guru Besar IPB University, Prof Bungaran Saragih; Komisaris Utama Agricon Group, Harlan Bestari Bengardi; PT Agro Investama Group, Petrus Tjandra, MBA; dan Founder PT Minaqu Indonesia, Ade Wardhana Adinata. (dr/Rz)