IPB University dan Kedubes Perancis Gelar 2nd International Fire Conference: Sinergi Global Atasi Karhutla

IPB University dan Kedubes Perancis Gelar 2nd International Fire Conference: Sinergi Global Atasi Karhutla

IPB University dan Kedubes Perancis Gelar 2nd International Fire Conference Sinergi Global Atasi Karhutla
Berita

IPB University bersama dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Perancis menyelenggarakan ‘2nd International Fire Conference’ (5/8). Konferensi ini diharapkan menjadi wadah untuk menunjukkan komitmen berbagai pihak dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Konferensi turut diikuti oleh delegasi dari Malaysia, Perancis, Brunei Darussalam, Korea Selatan, dan Thailand.

Prof Iskandar Z Siregar, Wakil Rektor IPB University bidang Konektivitas Global, Kerjasama dan Alumni menyampaikan bahwa karhutla yang terjadi pada tahun 2015, yang berlangsung selama tiga bulan telah menimbulkan berbagai dampak serius.

“Kebakaran hutan tersebut mempengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari kesehatan masyarakat hingga kerusakan ekosistem baik kualitas udara, tanah dan hidrologi. Maka konferensi dan juga penanganan terkait kebakaran hutan sangat penting,” ujarnya.

Dr Ati Dwi Nurhayati, ketua pelaksana konferensi, menyampaikan forum ini menjadi wadah penting untuk diskusi dan berbagi pengalaman antar negara mengenai penanganan karhutla.

“Melalui konferensi ini, kami ingin menegaskan bahwa masalah karhutla adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat internasional sangatlah penting,” ujarnya.

Dubes Perancis sekaligus narasumber, Prof Christelle Hely, juga mengungkapkan antusiasmenya terhadap acara ini. “Kami sangat mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Karhutla merupakan salah satu sumber emisi terbesar, dan melalui kerja sama ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan,” kata dia.

Ia menambahkan bahwa pemerintah Perancis siap berbagi teknologi dan pengalaman dalam mengelola karhutla yang telah berhasil diterapkan di Eropa. Ia menyebut, salah satu hasil kerja sama antara Kedubes Perancis dengan IPB University adalah Ruang Rainforests and Peatlands Fires Centre of Excellence.

“Training center ini merupakan yang pertama dan satu satunya di Asia tenggara ini dilengkapi fire simulator untuk melatih ahli dan tim pemadam karhutla dalam strategi dan teknik pemadaman di Indonesia,” kata Prof Christelle.

Sementara, Laksmi Dhewanthi, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI mengatakan, salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia adalah peningkatan kapasitas petugas di lapangan melalui pelatihan dan pendidikan. Tidak hanya itu, pihaknya mengaku telah menggunakan teknologi pemantauan kebakaran hutan yang lebih canggih.

“Kami ingin masyarakat internasional tahu bahwa Indonesia sangat serius dalam menangani masalah ini. Semua pihak, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun sektor swasta, telah bekerja sama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing,” ujarnya.

Laksmi menegaskan, penanganan karhutla juga melibatkan banyak pihak seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dinas-dinas provinsi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), para akademisi serta masyarakat peduli api.

“Kami melibatkan berbagai pihak untuk memastikan penanganan karhutla berjalan efektif. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran serta banyak stakeholder, termasuk NGO, akademisi, dan masyarakat luas,” ujar Laksmi.

Senada, Pakar IPB University, Prof Bambang Hero, yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Regional Fire Management Resource Southeast Asia (RFMRC-SEA) menyampaikan bahwa banyak persoalan terkait karhutla yang dapat dituntaskan melalui kolaborasi.

“Oleh karena itu, kerja sama yang selama ini telah terbangun perlu untuk diteruskan dan ditingkatkan.Kata kunci: Kedubes Perancis, International Fire Conference, karhutla,” pugnasknya. (AY/ra/Rz)