Gaungkan Pertanian Berkelanjutan, Tim KKNT Inovasi IPB Ajak Petani Gunakan Agen Hayati dalam Kendalikan Hama
Mahasiswa IPB University yang sedang menjalankan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi di Desa Margamulya, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menggelar pendampingan ‘Pemanfaatan Agen Hayati untuk Pengendalian Hama’ bagi para petani. Acara tersebut dilaksanakan pada Minggu (28/7) bertempat di Balai Desa Margamulya.
Tim KKNT Inovasi IPB University berada di bawah bimbingan Dr Asep Tata Permana. Program pendampingan tersebut disusun berdasarkan hasil survei lapang dan diskusi dengan para petani.
“Para petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) mengeluhkan padi mereka yang mengalami kerusakan karena diserang oleh hama seperti wereng batang cokelat, wereng hijau, dan walang sangit,” ungkap Wulandari, anggota tim KKNT Inovasi, mahasiswa Fakultas Pertanian IPB University.
Selain itu, kata dia, hasil survei lapang menemukan bahwa padi mengalami gejala penyakit tungro yang disebabkan oleh wereng hijau yang merupakan vektor atau penular virus tungro. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi padi yang kerdil, daun menguning, akar padi yang berubah menjadi warna cokelat, dan anakan padi yang sedikit.
Fathan M Azzaini, yang juga mahasiswa IPB University dari Fakultas Pertanian menyatakan perlu adanya pengendalian hama yang efektif dan ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan agen hayati seperti jamur Beauveria bassiana sebagai bioinsektisida.
“Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yang mampu membunuh berbagai jenis dan stadia serangga termasuk telur, nimfa/larva maupun imago. Penggunaan agen hayati sebagai insektisida menjadi solusi yang ramah lingkungan dalam mengendalikan hama dibandingkan dengan pestisida kimia,” jelas Fathan.
Menurut dia, langkah mahasiswa KKNT Inovasi ini merupakan salah satu upaya mendukung pertanian berkelanjutan karena tidak meninggalkan residu bagi lingkungan.
Lebih jauh, Fathan menerangkan, program pemanfaatan agen hayati menggunakan jamur Beauveria bassiana bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok tani tentang bagaimana cara memanfaatkan agen hayati, seperti jamur beauveria bassiana yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida.
“Bioinsektisida ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan hama pada tanaman dan membantu pertanian berkelanjutan. Program pembuatan bioinsektisida ini merupakan salah satu bentuk kontribusi nyata mahasiswa IPB University dalam menghadapi permasalah petani yang ada di Desa Margamulya,” paparnya.
Pendampingan pembuatan bioinsektisida ini dipandu langsung oleh mahasiswa IPB University dari Fakultas Pertanian. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat bioinsektisida antara lain kentang, isolat jamur Beauveria bassiana, aerator, dan gula.
Pembuatan bioinsektisida menggunakan media fermentasi ekstrak kentang gula (EKG). Kegiatan diawali dengan perebusan kentang kemudian dicampur dengan gula untuk memberikan sumber nutrisi bagi jamur.
Selanjutnya, isolat jamur Beauveria bassiana diinokulasikan ke dalam campuran EKG. Kemudian disimpan di dalam wadah yang terhubung dengan aerator dan ditunggu 5-7 hari untuk proses fermentasi jamur. Dosis untuk pengaplikasian yaitu 250 ml bioinsektisida dalam sprayer yang berisikan 15 liter air dengan waktu pengaplikasian di sore hari.
Fathan mengungkap, para petani sangat antusias mengikuti pelatihan ini dan aktif bertanya mengenai cara pembuatan bioinsektisida. Ia berharap program ini dapat membawa manfaat nyata bagi petani.
“Harapannya dengan ilmu dan keterampilan yang didapat, mereka mampu membuat bioinsektisida sendiri di rumah dan menerapkannya dalam mendukung pertanian berkelanjutan,” tandasnya.
Wamin selaku Ketua Gapoktan Desa Margamulya berterima kasih kepada tim KKNT Inovasi IPB University yang telah mendampingi para petani.
“Saya berterima kasih kepada tim KKNT Inovasi IPB University yang telah melaksanakan program ini. Program ini sangat berguna karena para petani perlu tahu cara mengendalikan hama menggunakan agen hayati karena memiliki banyak keunggulan dan semoga bermanfaat bagi para petani,” ujar Wamin. (*/Rz)