Ungkap Soal Terumbu Karang, Guru Besar IPB University: Aset Cantik Indonesia, Harus Dijaga Bersama

Ungkap Soal Terumbu Karang, Guru Besar IPB University: Aset Cantik Indonesia, Harus Dijaga Bersama

Ungkap Soal Terumbu Karang, Guru Besar IPB University Aset Cantik Indonesia, Harus Dijaga Bersama
Riset

Sebagai negara kepulauan dengan 17.500 pulau yang sebagian besarnya dikelilingi terumbu karang, Indonesia adalah untaian mutiara tropis di khatulistiwa. Keindahan terumbu karang Indonesia tak tertandingi di dunia. Namun sayangnya, banyak yang tidak menyadari betapa berharganya aset ini.

Hal tersebut dipaparkan oleh Prof Neviaty P Zamani, Guru Besar IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) pada saat Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University secara daring (4/7).

“Terumbu karang Indonesia merupakan anugerah yang diibaratkan si cantik yang banyak orang tidak menyadari bahwa mereka itu cantik. Terkadang kita tidak tahu nilai terumbu karang yang sebetulnya harus kita kelola dengan baik,” ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa keindahan terumbu karang sebenarnya dapat dinikmati tanpa merusaknya. Pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu kunci untuk menjaga kesehatan terumbu karang.

“Turis mancanegara berani membayar mahal perjalanan mereka hanya sekadar untuk dapat menikmati keindahan panorama bawah air ini. Sayangnya, kita tidak mengelola dengan baik peluang ini, sehingga seringkali terumbu karang yang indah dinilai sangat murah, tidak selayaknya barang yang sangat berharga,” ujar Prof Neviaty.

Ia menjelaskan terumbu karang memiliki ancaman yang sangat kompleks, salah satunya diakibatkan oleh adanya perubahan iklim. Ancaman tersebut dapat mengganggu reproduksi karang, memperlambat pertumbuhan karang, menurunkan keanekaragaman hayati hingga perubahan distribusi spesies karang.

Oleh karena itu, lanjutnya, diperlukan strategi rehabilitasi dan restorasi yang tepat untuk memulihkan resiliensi dan kondisi kesehatan karang. “IPB University telah mengembangkan berbagai metode rehabilitasi seperti transplantasi karang dan biorock,” tutur Prof Neviyati.

“Metode ini bekerja dengan membentuk padatan kapur pada rangka besi melalui proses elektrolisis air laut, yang menghasilkan mineral padatan akibat perubahan pH di daerah katoda,” jelas dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) tersebut.

Selain itu, menurut dia, Indonesia juga menghadapi tantangan sosial dan ekonomi dalam memastikan masyarakat lokal memiliki rasa kepemilikan terhadap wilayah terumbu karang sehingga mereka dapat bersama-sama menjaga kawasan tersebut.

“Mari kita jaga keindahan terumbu karang Indonesia, aset berharga yang harus dilestarikan untuk masa depan yang lebih cerah. Dengan upaya bersama, kita dapat memastikan terumbu karang tetap memesona dan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat pesisir khususnya dan bagi Indonesia,” tutupnya. (Lp/Rz)