Persiapan Menuju TPS 3R, Mahasiswa KKNT Inovasi IPB University Kenalkan Budi Daya Maggot di Bojong Jengkol
Dalam rangka persiapan pembentukan tempat pengelolaan sampah reduce, reuse dan recycle (TPS 3R), Desa Bojong Jengkol merencanakan untuk membentuk tiga kelompok penggerak. Kelompok budi daya maggot menjadi salah satu penggerak yang berfokus pada tahap awal pengelolaan sampah organik di desa tersebut.
Berangkat dari hal itu, tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi IPB University mengenalkan budi daya maggot untuk pengolahan limbah organik bagi masyarakat serta perangkat Desa Bojong Jengkol, Ciampea, Bogor, Jawa Barat (24/7). Melalui program ini, diharapkan masyarakat mulai menyadari tentang nilai sampah organik yang mereka hasilkan setiap hari.
Dalam kesempatan ini, Azinuddin Atras, mahasiswa IPB University sekaligus ketua program menjelaskan bahwa maggot menjadi pilihan tepat untuk mengatasi permasalahan sampah organik.
“Penguraian sampah organik menggunakan maggot sangat efisien dibandingkan menggunakan metode lain. Di samping itu, budi daya maggot dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan karena tidak membutuhkan modal besar, aplikasinya tergolong murah, dan tidak rumit,” ujarnya.
Azinuddin menjelaskan, larva maggot bahkan serangga dewasanya memiliki kandungan protein hewani yang tinggi. Dengan demikian, maggot dapat dijadikan pakan ternak tambahan. Selain itu, maggot mampu beradaptasi di lingkungan ekstrem sehingga budi daya maggot sangat memungkinkan dilakukan bahkan untuk orang awam sekalipun. Selain itu, siklus hidupnya yang singkat sehingga pemanenan dapat cepat dilakukan.
“Maggot merupakan larva lalat black soldier fly (BSF) yang dapat berperan sebagai pengurai sampah organik dengan mengonsumsinya, sehingga penguraian sampah menjadi lebih sehat, aman dan tidak menyebabkan timbunan. Maggot mampu mengurangi 80 persen limbah rumah tangga dan industri seperti pabrik makanan, restoran bahkan perhotelan,” kata Azinuddin.
Kepala Desa Bojong Jengkol, Awalludin Ma’rifatullah menjelaskan bahwa kebanyakan sampah yang dihasilkan berasal dari rumah tangga sehingga volume sampah organik di Desa Bojong Jengkol cukup tinggi. Ia mengatakan bahwa dari total sampah yang dihasilkan setiap harinya, terdapat sekitar kurang dari satu kilogram sampah organik dari tiap rumah.
Permasalahan selanjutnya, kata dia, adalah kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan dan tidak terpusat. Hal ini menyebabkan lingkungan tidak tertata dan kotor hingga berpotensi menjadi sumber penyebaran penyakit.
“Permasalahan sampah Bojong Jengkol perlu diberantas dari hulu agar memudahkan proses di hilir. Mahasiswa diharapkan dapat membantu persiapan pembentukan penggerak TPS 3R di Desa Bojong Jengkol,” kata Awalludin.
Dengan adanya budi daya maggot yang terpusat di Desa Bojong Jengkol, tim KKNT Inovasi IPB University bersama perangkat desa optimis bahwa pemanfaatan teknologi biokonversi ini dapat membantu mengatasi permasalahan sampah secara sistematis. (*/ra/Rz)