Mencetak Sociopreneur, DPMA IPB University Adakan Workshop Pengembangan Produk Unggulan Lokal
Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB University menggelar workshop kedua program Young Agripreneur Camp (YAC) yang diikuti oleh mahasiswa dengan tema penerapan teknologi dan inovasi dalam pengembangan produk unggulan lokal.
Workshop ini merupakan pembekalan yang memberikan pengetahuan umum yang menjadi bekal bagi para peserta YAC sebelum melaksanakan kegiatan field project. Pada tahun 2024 ini, ada 6 komoditas yang dapat dipilih mahasiswa yaitu komoditas pepaya, ubi, sayuran organik, hidroponik Nutrient Film Technique (NFT), puyuh dan ikan.
Workshop tersebut menghadirkan Dr Tjahja Muhandri, dosen dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University serta praktisi ahli yang sudah banyak memiliki berbagai inovasi pengolahan produk. Ia memberikan pembekalan mengenai penerapan teknologi dan inovasi dalam diversifikasi produk agromaritim.
“UMKM tradisional sering menghadapi masalah seperti salah memilih produk, proses produksi yang keliru, kemasan yang tidak sesuai, ketakutan mengurus perizinan, dan kurangnya mentor. Pembekalan ini diharapkan dapat membuka pengetahuan mahasiswa untuk mengembangkan produk dengan tepat,” ujar Dr Tjahja.
Ia mengatakan, sebelum menentukan inovasi produk dalam aspek pemasaran, wirausaha perlu merencanakan apakah produknya berbasis kebutuhan konsumen (market driven) atau teknologi (technology driven). Penting juga untuk mengetahui adopsi inovasi dan teknologi yang tepat guna.
“Beberapa aspek yang perlu diketahui ialah memahami karakter bahan baku, memahami prinsip proses, mengenal teknologi yang ada di sekitar, serta menghitung kesesuaian dan kelayakan skala. Tahapan paling akhir ialah pengemasan produk yang tepat sehingga meningkatkan nilai jual produk dan meningkatkan ketertarikan konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli,” ungkap Dr Tjahja.
Workshop ini memberikan pengetahuan umum kepada peserta YAC untuk memotivasi mereka mengembangkan produk unggulan, baik produk sendiri maupun produk masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan mencetak lebih banyak sociopreneur di masa depan.