Mahasiswa KKNT Inovasi IPB University Buat Inovasi Pakan Silase Bersama Peternak Desa Pulo

Mahasiswa KKNT Inovasi IPB University Buat Inovasi Pakan Silase Bersama Peternak Desa Pulo

Mahasiswa KKNT Inovasi IPB University Buat Inovasi Pakan Silase Bersama Peternak Desa Pulo
Student Insight

Angin semilir berhembus di suasana Desa Pulo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Memecah keheningan desa, terdengar suara ramai peternak dan mahasiswa IPB University yang sedang mencacah hijauan/rumput menggunakan mesin chopper. Inilah langkah awal sebuah inovasi yang digagas oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Inovasi berkolaborasi dengan para peternak di Desa Pulo. Inovasi ini adalah pembuatan pakan silase.

Tujuan inovasi ini adalah untuk mengatasi kesulitan pakan pada musim kemarau atau ketika persediaan pakan hijauan terbatas. Kegiatan diawali dengan presentasi dari mahasiswa IPB University mengenai keunggulan silase. Dengan penuh semangat, para peternak menyambut inovasi ini dengan antusias. Kesepakatan pun terjalin antara mahasiswa dan para peternak untuk berkolaborasi menciptakan inovasi pakan berkelanjutan dengan memanfaatkan hijauan yang ada di sekitar.

“Selain memperpanjang masa simpan, inovasi pembuatan pakan silase bertujuan untuk memberikan sumber nutrisi yang lengkap, seperti protein, energi, mineral, dan vitamin, sehingga dapat membantu menjaga kesehatan dan produktivitas ternak,” ujar Vivi, salah satu mahasiswa IPB University.

Menurutnya, proses pembuatan silase terbilang mudah dan dapat dilakukan oleh para peternak. Dimulai dari pencacahan hijauan, penambahan molase dan EM4, kemudian konsentrat, lalu diaduk secara homogen dan dimasukkan ke dalam tong/drum dengan keadaan anaerob. Silase disimpan selama 2-3 minggu untuk proses fermentasi.

Di balik rasa antusias dari masyarakat Desa Pulo, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi. Tantangan utama adalah minimnya pengetahuan para peternak mengenai konsep peternakan berkelanjutan. Selain itu, waktu dan sumber daya manusia yang terbatas juga menjadi kendala dalam melakukan inovasi silase. Para peternak pun bertanya-tanya, “Akankah inovasi pakan silase ini terus berlanjut ketika KKN berakhir?”

Mahasiswa IPB University meyakinkan bahwa inovasi pakan silase ini akan terus berlanjut, salah satunya bergantung pada partisipasi para peternak. Ketika masyarakat sadar akan keuntungan pakan silase serta mereka memiliki waktu dan sumber daya yang memadai, mahasiswa IPB University yakin program ini akan terus berjalan meskipun KKN telah berakhir.

“Faktor keberhasilan pakan silase dilihat dari beberapa indikator, yaitu warna, aroma, tekstur, dan keberadaan jamur. Warna silase yang normal adalah hijau cerah atau hijau kecoklatan. Aroma pembuatan silase yang berhasil seperti aroma asam tapai, menandakan adanya pertumbuhan bakteri asam laktat selama proses fermentasi,” urai Vivi memberikan penjelasan kepada para peternak di Desa Pulo.

Penambahan molase, lanjut dia, berfungsi sebagai starter untuk mengoptimalkan kualitas silase. Tekstur silase yang remah menandakan proses pembuatan silase yang berhasil. Hampir tidak adanya jamur pada silase menunjukkan bahwa silase dibuat dengan baik.

“Mahasiswa IPB University berharap inovasi pakan silase ini dapat membantu para peternak dalam mengatasi berbagai tantangan di dunia peternakan, khususnya dalam hal ketersediaan pakan. Kami pun berharap program pembuatan pakan silase ini dapat terus berlanjut meskipun masa KKN telah berakhir,” tandasnya. (AZ/Rz)