Mahasiswa IPB University Sukses Selesaikan Program Special Safe Space untuk Anak Disabilitas

Mahasiswa IPB University Sukses Selesaikan Program Special Safe Space untuk Anak Disabilitas

Mahasiswa IPB University Sukses Selesaikan Program Special Safe Space untuk Anak Disabilitas
Student Insight

Mahasiswa IPB University sukses menyelesaikan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM PM) dengan tema ‘Special Safe Space’ yang berlangsung dari tanggal 19 Mei hingga 7 Juli 2024.

Program ini dipimpin oleh Azzahra Putrione Adiva, mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, dengan anggota Jenita Tiodora Carolina Simbolon, Sheren Zulfa Shavira, M Omar Said, dan Nur Hidayatus Zahro, di bawah bimbingan Dr. Melly Latifah. Kegiatan ini bermitra dengan Yayasan Jendela Ibu yang berlokasi di Purimas Regency, Bitung Sari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Program Special Safe Space ditujukan untuk mendukung 16 anak penyandang disabilitas perkembangan seperti tuli, autisme, down syndrome, dan cerebral palsy, beserta orang tua mereka dan para relawan di Yayasan Jendela Ibu.

Kegiatan diawali dengan kampanye berjudul ‘Sex Education with Inclusion’. Dalam kegiatan tersebut, orang tua dan anak membuat poster dengan hiasan masing-masing yang menyuarakan pentingnya pendidikan seks untuk kehidupan yang aman bagi anak-anak.

Azzahra menuturkan, secara garis besar, kegiatan ini terdiri dari lima program utama. Pertama, First Space: All Around You. Terdiri dari program Me and Myself serta My Family. Menggunakan media Photofam Pyramid dan My Name Bracelet, anak-anak diajarkan untuk mengenal diri mereka sendiri dengan membuat gelang bertuliskan nama mereka dan mengenali anggota keluarga melalui foto.

“Kegiatan ini bertujuan mempererat hubungan keluarga dengan mengenalkan anggota keluarga melalui foto dan mengajarkan bahasa isyarat dasar bagi anak tuli untuk memanggil orang tua di rumah,” tuturnya.

Kedua, Second Space: Self Harmony dengan program Body’s Puzzle. Anak-anak belajar mengenali anggota tubuh mereka melalui puzzle tubuh. Selain itu, anak-anak juga belajar mewarnai batasan-batasan anggota tubuh menggunakan dua warna, hijau dan merah lewat program Body’s Boundaries. Program ini mengajarkan bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh dilihat atau disentuh oleh orang lain.

“Ketiga, Third Space: Stage of Boundaries. Anak-anak diajarkan tentang bagian tubuh yang harus ditutupi melalui simulasi memakai pakaian dengan boneka barbie dan simulasi menjahit baju untuk boneka. Program ini dinamai My Public Parts dan My Private Parts,” jelas Azzahra.

Untuk Fourth Space: Self Hygiene, mahasiswa PKM PM IPB University menggunakan media bath cards agar anak-anak bisa menjaga kebersihan diri agar terhindar dari penyakit.

Kelima, Fifth Space: Feelings and Defenses. Program ini dilakukan melalui metode bercerita bersama boneka tangan dalam ‘Cerita si Jeni’. Anak-anak diajarkan metode ‘NO-GO-TELL’ sebagai pengawasan diri dari orang asing di sekitarnya.

“Program ini diakhiri dengan pemberian apresiasi kepada mitra dan sasaran, serta kegiatan jalan-jalan di kampus IPB University. Melalui kerja sama intens dan keterlibatan relawan Yayasan Jendela Ibu, program ini diharapkan dapat terus berlanjut di Yayasan Jendela Ibu dan diadopsi oleh masyarakat luas,” ungkap Azzahra.

Dengan berakhirnya kegiatan ini, ia berharap semakin banyak pihak yang peduli dan mendukung anak-anak penyandang disabilitas untuk mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan. (*/Rz)