Mahasiswa IPB University Lakukan Survei Tantangan Ekonomi Penyandang Disabilitas

Mahasiswa IPB University Lakukan Survei Tantangan Ekonomi Penyandang Disabilitas

Mahasiswa IPB University Lakukan Survei Tantangan Ekonomi Penyandang Disabilitas
Student Insight

Mahasiswa IPB University berhasil melakukan survei terkait Biaya Tambahan (Extra Cost) dan Kesempatan Kerja bagi Penyandang Disabilitas kepada Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Bandung. Survei tersebut berlangsung pada 25/6 dan dilakukan oleh tim yang tergabung ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH).

Salah satu anggota tim, Sulthan menuturkan bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi penyandang disabilitas fisik adalah beban biaya tambahan (extra cost) yang mencakup berbagai aspek, mulai dari kebutuhan medis, alat bantu, transportasi, hingga pendidikan.

“Penyandang disabilitas fisik memerlukan alat bantu khusus seperti kursi roda dan tongkat, kemudian bagi penyandang disabilitas, transportasi publik sering kali tidak sepenuhnya dapat diakses. Mereka perlu menggunakan transportasi khusus yang biayanya lebih tinggi,” ujar Sulthan.

Selain adanya beban biaya tambahan, penyandang disabilitas juga mengalami keterbatasan kesempatan kerja. Ketua Tim PKM-RSH Easeability, Yunia mengungkapkan banyak perusahaan yang masih memandang disabilitas sebagai hambatan daripada melihat kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

“Stereotip negatif dan prasangka bahwa penyandang disabilitas tidak mampu bekerja secara produktif sering kali menyebabkan mereka tidak diterima dalam proses rekrutmen. Meskipun pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung penyandang disabilitas, implementasi kebijakan tersebut sering kali tidak maksimal,” tutur YUnia.

Anggota lainnya, Farid, juga menuturkan bahwa data yang tidak akurat mengenai jumlah dan kebutuhan penyandang disabilitas mengakibatkan anggaran yang dialokasikan untuk bantuan sosial, subsidi alat bantu, dan program-program lainnya sering kali tidak mencukupi atau tidak tepat sasaran.

“Tanpa data yang tepat, banyak fasilitas umum yang tidak menyediakan aksesibilitas yang memadai, sehingga penyandang disabilitas harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mendapatkan akses yang mereka butuhkan,” ungkap Farid.

Sementara, Ketua PPDI Kota Bandung, Dzumono menyampaikan bahwa keterbatasan transportasi umum yang tidak ramah disabilitas juga menjadi tantangan, salah satu solusinya adalah biasanya penyandang disabilitas memakai kendaraan modifikasi sebagai sarana transportasi.

“Namun, solusi ini menimbulkan tantangan dan masalah tambahan, terutama terkait biaya. Kendaraan modifikasi memerlukan biaya yang cukup besar untuk pembelian, modifikasi, dan perawatan. Bagi banyak penyandang disabilitas, biaya ini bisa menjadi beban finansial yang berat,” tuturnya.

Dzumono berharap setelah adanya penelitian yang dilakukan oleh Tim PKM RSH IPB University, terdapat perbaikan dari pemerintah terkait aksesibilitas, kesempatan kerja, dan hak penyandang disabilitas.