Keren! Mahasiswa IPB University Ciptakan U-Bouy Alat Peringatan Dini untuk Cegah Kematian Massal Ikan
Cuaca ekstrem yang melanda belakangan ini membawa dampak signifikan bagi dunia perikanan. Salah satu contohnya adalah kasus kematian massal ikan di Danau Cirata, Jawa Barat. Peristiwa ini terjadi akibat proses upwelling, yaitu pergerakan secara vertikal massa air dari lapisan bawah ke permukaan. Fenomena ini menyebabkan banyak ikan mengalami keracunan dan mati.
Menyadari permasalahan ini, mahasiswa IPB University dari Program Studi (Prodi) Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) telah menciptakan sebuah instrumen bernama U-Buoy. U-Buoy hadir sebagai solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan kematian massal ikan yang kerap terjadi akibat fenomena upwelling.
“U-Buoy dirancang untuk menjadi sistem peringatan dini yang dapat mendeteksi kejadian upwelling. Instrumen ini dilengkapi dengan sensor yang secara real-time memantau suhu udara, suhu permukaan air, dan suhu di dasar perairan,” ungkap Rizkian selaku ketua tim pengembang U-Buoy.
Ia menambahkan, data-data tersebut menjadi kunci untuk memahami variasi suhu dan kaitannya dengan kondisi yang sesuai untuk budi daya ikan, kehidupan makhluk hidup dan biota air, dan proses seperti eutrofikasi, yaitu peningkatan kadar nutrien yang berlebih di perairan.
Kematian massal ikan sering terjadi karena perubahan kondisi lingkungan yang tidak terdeteksi dengan tepat waktu. Menurut Rizkian, keunggulan utama U-Buoy terletak pada kemampuannya memberikan peringatan dini terhadap kondisi lingkungan ekstrem yang berpotensi memicu kematian massal ikan.
“Hal ini memungkinkan para pelaku usaha perikanan untuk melakukan pengambilan tindakan yang cepat dan efektif sebelum terjadi kematian massal ikan, sehingga meminimalkan kerugian ekonomi yang terjadi,” paparnya.
U-Buoy dikembangkan oleh sejumlah mahasiswa IPB University Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karya Inovatif (PKM KI), yakni Rizkian Wahid Saputra, Iffa Purnama, Nabilla Aishi, dan Tito Dzullyardana. Pengembangan U-Buoy juga tidak terlepas dari campur tangan dan bimbingan Muhammad Iqbal, SPi, MSi.
“Instrumen ini akan terus memantau perubahan suhu udara, suhu permukaan air, dan suhu di dasar perairan. Hal ini akan memungkinkan kami memberikan peringatan dini terhadap kondisi lingkungan ekstrem dan mengambil tindakan sebelum terjadi kematian massal ikan,” tegas Rizkian.
Sementara itu, Muhammad Iqbal menyatakan, “Inovasi ini menarik karena sejauh ini pembudi daya ikan di Danau Cirata hanya melakukan pengukuran sesekali untuk menggambarkan kondisi perairan yang dinamis. Tentu saja ini mengakibatkan ketidaksesuaian dan keterlambatan dalam mengambil tindakan, yang pada akhirnya menyebabkan kerugian yang besar.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Asep Guntara, seorang pembudi daya ikan di Danau Cirata yang juga memfasilitasi proses uji coba dan penerapan dari instrumen U-Buoy. Asep menyebutkan bahwa instrumen ini akan sangat membantu pembudi daya dalam menghindari bahaya yang hampir setiap tahun terjadi di Danau Cirata, yaitu terjadinya upwelling yang tentu saja mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi pembudi daya seperti dirinya.
Diharapkan inovasi ini dapat menjadi solusi yang efektif untuk meminimalkan risiko kematian massal ikan dan kerugian yang dialami oleh pembudi daya ikan di Danau Cirata. Selain memberikan manfaat bagi keberlanjutan budi daya ikan, U-Buoy juga pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada upaya pelestarian lingkungan perairan. (*/Rz)