IPB University Perkuat Fungsi Keluarga di Kelurahan Margajaya Melalui Sekolah Keluarga Berkualitas

IPB University Perkuat Fungsi Keluarga di Kelurahan Margajaya Melalui Sekolah Keluarga Berkualitas

IPB University Perkuat Fungsi Keluarga di Kelurahan Margajaya Melalui Sekolah Keluarga Berkualitas
Berita

Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB University bekerja sama dengan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University menggelar pertemuan kedua Sekolah Keluarga Berkualitas (SKB) di Kelurahan Margajaya, Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

Pertemuan ini bertemakan ‘Penguatan Fungsi Keluarga pada Periode 1.000 HPK untuk Pencegahan Stunting’ dan dipandu oleh Alfiasari, SP, MSi, dosen IPB University dari Departemen IKK.

Program SKB ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga di lingkungan sekitar kampus serta memperkuat kehadiran IPB University di tengah masyarakat. Alfiasari menekankan pentingnya penguatan fungsi keluarga karena perubahan lingkungan seringkali berdampak negatif pada kehidupan keluarga.

“Setiap anggota keluarga memiliki fungsinya pada tiap tahapan perkembangan keluarga. Fungsi keluarga harus dijalankan agar anak-anak dapat tumbuh cerdas dan keluarga hidup harmonis,” jelas Alfia.

Ia juga menambahkan bahwa terdapat delapan fungsi keluarga, yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta fungsi lingkungan. Pelaksanaan fungsi keluarga yang baik akan berpengaruh terhadap kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia (SDM).

“Jika fungsi keluarga berjalan, Insyaallah kita berkontribusi dalam membentuk manusia yang berkualitas serta menghasilkan keluarga resilien, keluarga yang mampu beradaptasi,” sambung Alfia.

Selain itu, ia menegaskan bahwa fungsi keluarga juga harus diimplementasikan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), meliputi fase kehamilan, fase bayi usia 0-6 bulan, dan fase bayi usia 7-23 bulan.

“Ayah dibutuhkan hadir dalam kehidupan anak agar mereka merasa bahwa ayah juga peduli pada kehidupannya. Tidak optimalnya pelaksanaan fungsi keluarga akan menyebabkan rendahnya kualitas pengasuhan yang mengakibatkan stunting pada anak,” ucapnya.

Salah satu peserta SKB, Mia, mengungkapkan keresahannya terkait isu stunting. “Waktu saya hamil, berat badan saya rendah dan badan saya kurus. Ini juga menyebabkan beban pikiran bagi saya sehingga saya khawatir kondisi ini akan menjadi penyebab stunting pada anak saya,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Alfiasari menekankan bahwa pengetahuan tentang stunting tidak seharusnya menjadi pemicu ketakutan bagi para ibu. Hal itu justru mestinya dijadikan alarm untuk mengontrol perkembangan anak secara optimal. (*/Rz)