Dua Mahasiswa IPB University Berpartisipasi dalam Acara the 10th APN ECP Poster and Networking Session
Dua mahasiswa IPB University dari Program Studi (Prodi) Pascasarjana Teknologi Kelautan, Maya Eria Sinurat dan Ni Putu Asri Ratna Suhita, turut berpartisipasi dalam kegiatan the 10th Asia Pacific Network (APN) Early Career Professional (ECP) Poster and Networking Session yang diadakan serentak dengan the APN 26th Joint Intergovernmental and Scientific Planning Group Meeting.
Acara yang berlangsung di Gedung BJ Habibie, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta ini menjadi ajang bagi para profesional muda Asia Pasifik untuk memamerkan riset dan jaringan kerja mereka.
Maya Eria, kandidat doktor muda dari Prodi Teknologi Kelautan, menghadirkan penelitiannya yang berfokus pada ‘Evaluation of Coastal Sea Levels from Jason-2 Satellite Altimeter in Indonesian Regional Seas’.
Penelitiannya menyoroti hasil evaluasi kemampuan sejumlah re-trackers satelit altimeter untuk mendapatkan akurasi setinggi mungkin dari data permukaan laut di daerah pesisir Indonesia. Maya juga mengevaluasi kinerja sejumlah re-trackers dengan membandingkannya dengan tide gauge (pengukur pasang surut) dalam risetnya.
“Melalui serangkaian evaluasi, X-TRACK/ALES dan Ice3 memiliki potensi tinggi untuk digunakan dalam penelitian permukaan laut di daerah pesisir. Meski demikian, koreksi geofisik masih menjadi tantangan di wilayah pesisir Indonesia,” ujar kandidat doktor muda IPB University ini.
Sementara itu, Ratna Suhita, mahasiswa magister Prodi Teknologi Kelautan, membawakan poster mengenai ‘Sea Level Rise, Land Subsidence, and Flood Disaster Vulnerability Assessment: A Case Study in Medan City, Indonesia’.
Penelitian Ratna membahas mengenai pengembangan model kerentanan banjir di Pantai Timur Sumatera Utara dan Kota Medan dengan mengintegrasikan kenaikan muka laut (sea level rise) dan laju penurunan permukaan tanah. Pemodelan spasial dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis multikriteria dengan menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process menunjukkan sebanyak 80 persen wilayah diklasifikasikan sebagai wilayah dengan kerentanan sangat tinggi.
“Rata-rata kenaikan muka laut di lokasi studi lebih tinggi dari global. Penurunan muka tanah juga dipertimbangkan sebagai parameter karena berpengaruh terhadap variasi muka laut. Penurunan muka tanah juga memperparah kejadian banjir di sejumlah kota besar di Indonesia. Oleh karena itu, integrasi kedua parameter ini penting untuk analisis yang akurat”, jelas Ratna
Maya berhasil memperoleh posisi sebagai Second Runner-Up dalam ajang bergengsi ini. Prof Jonson Lumban Gaol, Ketua Prodi Pascasarjana Teknologi Kelautan, menyampaikan kebanggaannya atas prestasi yang diraih oleh Maya dan Ratna dalam ajang bergengsi ini.
“Kami bangga mengantar kedua mahasiswa ini untuk terus berpartisipasi dalam kegiatan internasional dan menjadi lebih sukses dari para guru mereka. Kami berharap akan semakin banyak inovasi dan solusi-solusi baru yang dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam teknologi kelautan,” ujarnya.
Kedua mahasiswa ini tidak hanya mendapatkan pengakuan atas dedikasi dan keunggulan dalam riset mereka, tetapi juga berhasil memperluas jaringan profesional mereka di kancah internasional. Dalam sesi networking yang diadakan setelah sesi poster, mereka aktif berinteraksi dan memperoleh wawasan berharga dengan para ilmuwan senior dan praktisi terkemuka yang tergabung sebagai anggota APN.