Dosen Pulang Kampung IPB University Kenalkan Inovasi Booster Umpan dan Perangkap Krendet Bertingkat bagi Masyarakat Nelayan

Dosen Pulang Kampung IPB University Kenalkan Inovasi Booster Umpan dan Perangkap Krendet Bertingkat bagi Masyarakat Nelayan

Dosen Pulang Kampung IPB University Kenalkan Inovasi Booster Umpan dan Perangkap Krendet Bertingkat bagi Masyarakat Nelayan
Berita

Dosen IPB University dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) melalui program Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat nelayan di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Dalam program ini, tim Dospulkam IPB University mengenalkan inovasi booster umpan dan teknologi perangkap krendet bertingkat untuk pemanfaatan sumber daya krustasea.

Tim Dospulkam terdiri dari Dr Zulkarnain, Dr Ronny Irawan Wahju, Dr Fis Furwangka, Dr Wazir Mawardi, Ega Aldanita, Muhammad Haykal Ramadhan. Kegiatan juga melibatkan para teknisi Stasiun Lapang Kelautan, Syarif Budiman, SPi, MSi, Arik Permana, SPi, MSi, dan Ende Kasma, SPi, MSi.

“Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu amanah tridarma perguruan tinggi. Departemen PSP IPB University selalu siap bersinergi dengan stakeholders perikanan tangkap di Palabuhanratu untuk memberikan akses informasi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang telah dihasilkan oleh kampus,” jelas Dr Zulkarnain, ketua tim Dospulkam.

Menurutnya, kegiatan ini juga dalam rangka diseminasi inovasi teknologi hasil penelitian IPB University kepada masyarakat nelayan untuk dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan.

Dr Zulkarnain mengungkap, selama ini, kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan di perairan Teluk Palabuhanratu menggunakan alat tangkap bagan apung, bagan tancap, pancing ulur, rawai layur, payang, jaring rampus, dan trammel net. Sebelumnya, nelayan pernah menggunakan perangkap krendet untuk penangkapan keong macan.

“Nelayan Palabuhanratu tidak ada yang menggunakan perangkap krendet untuk penangkapan krustasea. Sementara daerah penangkapan di pesisir pantai dengan substrat dasar karang berpasir dan karang berpasir lumpur merupakan habitat sumber daya krustasea jenis rajungan dan lobster. Dengan demikian, perangkap krendet memiliki peluang untuk dapat memanfaatkan krustasea di Palabuhanratu,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menjabarkan, konstruksi perangkap krendet tradisional tidak memiliki dimensi ruang, sehingga tidak dapat melindungi target tangkapan dari predator di dasar perairan. Inovasi perangkap krendet bertingkat, baik yang menggunakan 1 pintu, 2 pintu atau 3 pintu menjadi alat tangkap alternatif yang dapat dikembangkan di perairan Teluk Palabuhanratu untuk memanfaatkan sumber daya krustasea.

Diuraikannya, perangkap krendet bertingkat terbuat dari rangka besi dengan diameter 80 cm (perangkap bawah) dan diameter 60 cm (perangkap atas). Bentuk perangkap silinder dengan cover net sebagai pelindung hasil tangkapan dari predator.

“Penggunaan perangkap atas bertujuan untuk memperluas catchable area dalam proses penangkapan krustasea, sehingga memberikan peningkatan hasil tangkapan. Pengoperasian alat tangkap perangkap krendet bertingkat akan menggunakan inovasi booster umpan agar memberikan hasil tangkapan krustasea yang optimal,” ucapnya.

Tim Dospulkam IPB University juga mengadakan pelatihan teknis pembuatan perangkap krendet tradisional, perangkap krendet bertingkat dan pembuatan booster umpan beku. Bahan baku booster umpan beku merupakan campuran jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan bagan dan pancing ulur.

“Pembuatan booster umpan melalui proses pencacahan ikan umpan dan dicampurkan dengan larutan kental umpan kemudian dibekukan. Booster umpan ini menjadi alat bantu pemikat dan pengumpul ikan secara efektif kemudian mudah ditangkap dengan alat tangkap yang digunakan nelayan,” terang Dr Zulkarnain.

Ia membeberkan, alat tangkap perangkap krendet bertingkat dapat digunakan sebagai alat tangkap tambahan selain alat tangkap utama. Misalnya nelayan pancing ulur, saat sore hari berangkat ke daerah penangkapan ikan melakukan setting alat tangkap perangkap krendet bertingkat terlebih dahulu dan ditinggal dengan diberikan pelampung tanda. Waktu perendaman dilakukan dalam waktu 12-15 jam.

Di daerah penangkapan ikan, nelayan melakukan kegiatan operasi penangkapan dengan alat tangkap pancing ulur. Esok pagi sebelum kembali ke dermaga pelabuhan, perangkap krendet bertingkat di angkat ke atas perahu dan setelah mengambil hasil tangkapan perangkap krendet bertingkat di-setting kembali.

“Dalam perkembangannya, diharapkan alat tangkap perangkap krendet bertingkat dengan booster umpan dapat menjadi alat tangkap utama untuk pemanfaatan sumber daya krustasea di Teluk Palabuhanratu,” pungkasnya.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat nelayan Desa Loji dihadiri oleh para juragan/nahkoda/nelayan kapal ikan, Jajat S, staf Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Adi Gumbara dan Yunita.

Selain itu, hadir pula staf Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Sukabumi, Sholahudin, Erwan dari Organisasi Rukun Nelayan Desa Loji, dan mahasiswa IPB University Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin). (*/Rz)