Perjalanan Nabiilah, Mahasiswa IPB University Cicipi Kuliah di University of Sydney Lewat IISMA
Kesempatan belajar di luar negeri adalah impian bagi banyak mahasiswa. Tak terkecuali Nabiilah Syifa Muthia Ikhsan, mahasiswa IPB University dari Program Studi (Prodi) Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian yang berhasil mewujudkan impian itu.
Nabiilah merupakan penerima beasiswa International Student Mobility Awards (IISMA). Program flagship Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) itu mengantarkannya untuk berkesempatan belajar di University of Sydney, Australia selama satu semester.
Banyak motivasi yang melatarbelakangi keinginan Nabiilah untuk mengikuti program IISMA. Menurut Nabiilah, mahasiswa memiliki banyak privilege dan fasilitas yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan. IISMA salah satunya.
“Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyediakan fasilitas untuk belajar di luar negeri melalui program IISMA yang seluruh biayanya diakomodasi oleh pemerintah. Maka dari itu, kita harus memanfaatkan fasilitas tersebut untuk belajar dan mengembangkan diri,” ungkap mahasiswa IPB University angkatan 57 ini.
Ia memilih University of Sydney karena lokasinya yang dekat dengan Indonesia dibandingkan dengan Eropa atau Amerika. “Australia adalah salah satu benua terdekat, sehingga lebih mudah untuk situasi darurat. Selain itu, ranking University of Sydney sedang naik, jadi saya pikir ini adalah kesempatan baik untuk merasakan lingkungan belajar yang kondusif,” tambahnya.
Selama di sana, Nabiilah merasakan suasana multikultural dengan banyak orang dari berbagai etnis dan budaya. Kampus ini juga menyediakan fasilitas belajar yang cukup baik. Contohnya adalah makan gratis yang sering dibagikan di lingkungan kampus, terutama selama masa ujian.
Bisa merasakan kuliah di University of Sydney bukan tanpa tantangan. Dalam berkehidupan di sana, banyak tantangan yang Nabiilah hadapi, seperti harus menyesuaikan topik pembicaraan dalam berkomunikasi dengan yang lain.
“Karena di Australia ada orang Asia dan Eropa, kultur mereka itu berbeda. Maka gaya bicara dan topik bahasannya harus disesuaikan,” ucap sosok yang gemar memanfaatkan waktu luangnya untuk berkebun dan membaca ini.
Alumnus SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah ini juga menyebut, tantangan selama perkuliahan di Sydney adalah tuntutan akademik yang lebih tinggi dibanding di Indonesia. Satu di antaranya adalah banyaknya materi bacaan.
“Dalam satu kali pertemuan kuliah, mahasiswa wajib membaca materi terlebih dahulu dalam bentuk buku sebanyak 50 sampai 100 halaman setiap babnya,” ujar Nabiilah. Meski begitu, menurutnya hal ini perlu diaplikasikan juga di Indonesia karena sangat membantu dalam proses belajar dan untuk meningkatkan budaya literasi.
Nabiilah juga memberikan tips and trik kepada yang ingin mendaftar program IISMA. Satu hal yang ia tekankan adalah kesiapan berkas, termasuk tes English Proficiency Test (EPT).
“Persiapan pertama sudah pasti berkas. Kemudian seperti tes EPT, itu wajib. Berkas-berkas lain yang dibutuhkan bisa dilihat di website resmi. Semua itu harus disiapkan dengan maksimal, jangan asal-asalan,” jelas mahasiswa IPB University kelahiran 2002 ini.
Selain itu, Nabiilah juga mempersiapkan prestasi-prestasi dari tahun sebelumnya untuk menunjukkan kapabilitasnya dalam seleksi IISMA.
Kemudian dia juga menyampaikan, apabila ada hal yang dibingungkan dan membutuhkan saran jangan malu untuk bertanya kepada senior atau kakak tingkat (kating) peraih awardee IISMA sebelumnya.
“Mengingat grafik pendaftaran ISMA dari tahun 2020 hingga 2024 semakin ramai, yang berarti semakin banyak pesaing. Jika kita tidak bisa bersaing, termasuk dari segi berkas, kita sudah ketinggalan,” pesannya. (*/Rz)