Pakar IPB University Kembangkan Bambu Rekayasa: Kuat dan Ramah Lingkungan
Pakar Bambu IPB University, Prof Naresworo Nugroho menyebut, sejalan dengan kemajuan teknologi, bambu telah bertransformasi menjadi bahan alternatif yang berpotensi besar menjadi material konstruksi unggul.
Dalam penelitiannya, Prof Naresworo telah banyak mengembangkan inovasi teknologi rekayasa produk bambu (engineered bamboo products). Inovasi tersebut dapat menjadi alternatif bahan konstruksi modern yang kuat dan ramah lingkungan.
Teknologi rekayasa bambu yang telah dilakukannya antara lain pengembangan metode dalam memproses bahan komposit dari bambu. Ia juga telah melakukan kajian sifat strukturnya dalam bentuk Bamboo Zephyr Board (BZB), Bamboo Binderless Board (BBB), dan Bamboo Reinforces Board (BRB).
“Produk rekayasa tersebut memiliki kekuatan lebih tinggi dibandingkan produk panel komersial seperti papan partikel, kayu lapis maupun oriented strand board (OSB),” ungkapnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University (5/6) secara daring.
Sementara itu, produk bambu laminasi atau Laminated Bamboo Lumber (LBL) yang dikembangkan dengan menyusun lamina zephyr secara vertikal mampu memberikan nilai kekakuan dan kekuatan yang superior dibandingkan balok kayu solid.
Ia menambahkan, pemanfaatan lapisan bambu sebagai penguat (reinforcing material) pada produk Bamboo Reinforced Composite Beam (BRCB) terbukti adanya peningkatan kekakuan sebesar 2,9 kali. Selain itu, kekuatannya juga meningkat 2,3 kali lebih besar dibandingkan tanpa penambahan lapisan.
Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University ini menjelaskan, selain dalam bentuk balok lurus, lamina bambu dengan tebal 4-5 mm mampu menghasilkan produk balok melengkung (arch beam) yang sebanding mutunya melalui proses kempa dingin pada radius tertentu.
“Balok laminasi yang efisien dan unggul juga dapat dihasilkan dengan penyusunan penampang yang alami melengkung. Perlakuan pemadatan (densification) juga dapat menghasilkan produk balok laminasi bermutu yang lebih seragam,” ucapnya.
Sementara itu, pada Bamboo Sandwich Panel (BSP) dikembangkan sebagai panel komposit yang terdiri dari lapisan tipis kayu lapis atau anyaman bambu berkekuatan tinggi di sebelah luar (face and back), direkat dengan lapisan inti (core) di bagian tengah yang lebih tebal yang terbuat dari potongan bambu yang disusun secara vertikal.
“Produk BSP ini memiliki kemampuan dan keterandalan terhadap beban lateral. BSP dapat digunakan sebagai komponen rumah pra-pabrikasi yang tahan gempa dan bersahabat dengan lingkungan,” paparnya.
Ada juga produk Cross Laminated Bamboo (CLB) dengan kualitas tinggi yang telah diproduksi dengan melihat pengaruh kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina bambu. Produk komposit yang dikembangkan untuk mengoptimalkan penggunaan bambu adalah Strand Woven Bamboo (SWB) atau Scrimber. SWB terdiri atas serabut bambu yang dikempa menjadi balok padat menggunakan resin phenol-formaldehida.
“Banyaknya kemajuan teknologi dan inovasi untuk produk bambu memiliki potensi besar menjadi material konstruksi unggul. Karena itu, sudah saatnya bambu dipromosikan sebagai salah satu material unggulan karena memiliki beberapa keistimewaan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sebagai bahan konstruksi hijau,” tandasnya.
Namun demikian, masih ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi untuk menjadikan bambu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tantangan tersebut salah satunya rantai nilai produk bambu yang masih lemah. Di samping itu, kebijakan dan program hulu–hilir dalam pengembangan bambu belum terintegrasi.
“Upaya dan sinergi bersama para pihak dalam penelitian, pengembangan teknologi, regulasi, dan peningkatan keterampilan sangat diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan buluh dan produk bambu rekayasa. Selain itu, sosialisasi dan promosi pemanfaatan bambu sebagai material konstruksi perlu terus ditingkatkan,” pungkasnya.