Mengarungi Potensi Tersembunyi Biodiversitas Indonesia melalui Seminar Hasil Bakti Konservasi Himakova IPB University
Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) IPB University menggelar acara Seminar Bakti Konservasi di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga pada 8/6. Kegiatan ini merupakan puncak dari program kerja unggulan Himakova, Studi Konservasi Lingkungan (Surili), yang bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur.
Menurut ketua pelaksana seminar, Yildiray Haidar Jabbar, kegiatan ini bertujuan untuk mempublikasikan hasil ekspedisi Surili 2023 yang telah dilaksanakan di Cagar Alam Pulau Sempu pada Desember 2023.
“Kami ingin menunjukkan bagaimana karakteristik keanekaragaman hayati di pulau kecil dan mengulas peran pulau kecil tersebut dalam konservasi. Harapannya pesan positif yang terkandung dalam kegiatan ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua dan menumbuhkan semangat konservasi,” ujarnya.
Kegiatan ini terbagi dalam dua sesi, sesi pertama mengangkat tema “Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Indonesia” dengan menghadirkan narasumber Badi’ah, selaku Kepala Sub Direktorat Pengawetan Spesies dan Genetik Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK).
Badi’ah, S.Si, M.Si menekankan pentingnya wilayah pesisir dan pulau kecil di Indonesia dalam mengatasi kehilangan keanekaragaman hayati. “Indonesia adalah negara kepulauan, hal tersebut mengakibatkan pulau-pulau kecil menjadi terisolasi secara geografis sehingga menghasilkan satwa endemik kepulauan,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa kondisi terisolasi tersebut menghasilkan evolusi spesies yang unik yang hanya terdapat di Indonesia seperti komodo yang hanya terdapat di Pulau Komodo dan pulau sekitarnya, babi kutil bawean di Pulau Bawean dan Murai Batu Maratua di Kepulauan Maratua.
“Guna mengatasi beberapa permasalahan tersebut, para generasi muda sebagai agent of change harus berpartisipasi secara aktif dalam konservasi keanekaragaman hayati pesisir. Hal tersebut karena permasalahan yang semakin kompleks sehingga butuh upaya konservasi lintas batas insitu dan eksitu agar kelangsungan keanekaragaman hayati dapat terjaga,” ungkap Badi’ah.
Sesi kedua dilanjutkan dengan tema “Menilik Potensi Keanekaragaman Hayati, Ekowisata, dan Kawasan Karst Cagar Alam Pulau Sempu” dengan memaparkan data hasil ekspedisi Surili di Cagar Alam Pulau Sempu oleh Fajar Rizky Tri Wahyudi, mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) IPB University.
“Cagar Alam pulau Sempu masih memiliki keanekaragaman hayati dan karst yang tinggi sehingga berpotensi besar dimanfaatkan menjadi ekowisata. Harapannya data yang didapatkan dapat menjadi data terbaru yang akan membantu para pengelola untuk menyusun program konservasi ke depannya,” tuturnya. (*/Lp).